Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sengkarut Jagat Raya

8 Juli 2020   11:17 Diperbarui: 8 Juli 2020   11:18 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image: mahligai indonesia)

Kesunyian mencakar wajah malam. Pedapa mengakar jauh ke dalam daksa diam-diam. Tapi tafsir tentangmu tidak pernah selesai dalam semalam. Butuh satu dua larik berima. Hingga genap ia lahir sempurna.

Hulubalang berseru dalam debu. Gaungkan kematian dalam sekali pacu. Mantap berpijak pada sanggurdi, gahar kau tebas pucuk semara. Sebelum sempat merekah, kesumba mengalir deras bersama asa. Langgas satu cerita. Dalam lakon hikayat tentang dura.

Apa yang tersisa kini? Panggung buana bukan lagi cerita Rama dan Shinta. Sengkarut jagat raya tersapu seloka tanpa pendar cahaya. Aku menjelma fakir hina nan papa. Tak punya apa-apa. Untuk kau ambil lagi setelah cinta.

- Jakarta, 19 Juni 2020 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun