Mohon tunggu...
Sutrisno
Sutrisno Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Komunitas

Entrepreneur tata graha akreditasi, sedang belajar di Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Antara Aku, Kau, dan ASN Tenaga Kesehatan

30 Oktober 2018   19:46 Diperbarui: 30 Oktober 2018   21:14 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto:dokumentasi pribadi

Tidak mengeluhkan sparepart motor yang rusak lebih cepat daripada mereka yang bekerja di wilayah lain. Tidak iri dengan mereka yang wajahnya selalu bersih karena selalu terpapar AC, tidak pernah menengok mereka yang mendapatkan fasilitas secara proporsional dari negara. 

Ya iyalaah...

''Negara juga membayar kalian dengan mahal. Ngapain juga mengeluh'' (pikirku).

Tidak saudara... Gaji mereka tidak jauh terpaut dengan gaji pekerja bangunan harian. Yaaa mungkin sama dengan mereka yang di Kementerian Keuangan, sama dengan para guru, sama dengan  ASN di Kementerian Agama dan lainnya. Memang benar gaji pokoknya sama sesuai dengan tetapan presiden. 

Yang berbeda adalah mereka butuh waktu berbulan-bulan untuk mendapatkan apa yang diterima  oleh ASN di tempat lain dalam kurun waktu hanya satu bulan. Yang berbeda adalah jumlah nominal yang mereka bawa pulang setiap bulannya. 

Mereka di sini adalah ASN Pemerintah Daerah yang pendapatannya setimbang dengan kemampuan bayar pemerintah daerah setempat dalam hal ini APBD. Mereka tidak mendapat insentif yang wah, tidak mendapat remunerasi, tidak ada uang sertifikasi, tidak ada uang lauk-pauk. 

Bahkan uang jaga pengganti kopi ketika mereka harus berdinas malam meninggalkan canda tawa dengan anak istri pun belum tentu ada. Belum lagi gaji sebulan yang kadang sudah habis dtukar dengan kontrak pinjaman bank demi sebuah asa, anak sekolah, membangun rumah, membayar kontrakan rumah dan aneka kebutuhan lain yang memang kini faktanya tak cukup lagi dengan kisaran gaji tak lebih dari 150 ribu perhari.

Bahkan ketika sisa waktu sebagian mereka pergunakan untuk melayani masyarakat dengan praktek mandiri dirumah, tidaklah sebuah pekerjaan yang akan mampu mendongkrak kekayaan mereka. 

Tidak akan membuat mereka berharta seper seratus dari Gayus Tambunan. Tarif pelayanan kesehatan di praktek swasta mandiri di wilayahku ini tidak lebih mahal dari harga seporsi sate mbah Margo yang legendaris. 

Yang anda harus bawa setidaknya uang 30 ribu jika ingin menikmati kekhasan menunya, sebaliknya jika anda ingin periksa ke sarana pelayanan kesehatan mandiri di sini 25 ribu pun cukup.

Akhirnya aku pun menyadari bahwa mereka telah menyadari. Mereka mampu menyatukan filosofi hidup, filosofi ketanpapamrihan, dan pelayanan yang memanusiakan manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun