Mohon tunggu...
Sutrisno
Sutrisno Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Komunitas

Entrepreneur tata graha akreditasi, sedang belajar di Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Antara Aku, Kau, dan ASN Tenaga Kesehatan

30 Oktober 2018   19:46 Diperbarui: 30 Oktober 2018   21:14 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto:dokumentasi pribadi

Resiko pekerjaan, LDR dan hilangnya canda tawa dengan keluarga

Aku jadi ingat, aku pernah kenal dengan seorang ASN yang tanggal gigi bagian depannya full. Pak Suryaman Dally. Dan beliau tidak memasang gigi palsu. Aku pun sempat menanyakan kok tidak pasang gigi palsu biar keliahatan lebih ganteng?

''Tanpa gigi palsu saya masih ganteng mas... Buat kenang-kenangan mas, gigi ini tanggal pas saya jatuh waktu tugas ke tempat panjenengan (baca:anda)'' kata beliau waktu itu. 

Masih di wilayah kerja puskesmas tempat tinggalku, pernah ada mobil puskesmas keliling terbalik dan hampir masuk jurang. Alhamdulillah semua penumpang selamat. Dan pembicaraan kami pun melebar ke resiko pekerjaan. 

Aku pun berpikir, ini baru wilayahku. Bagaimana dengan wilayah-wilayah lain seperti Papua, pedalaman Kalimantan, Bagaimana dengan kerja teman-teman tenaga kesehatan Kepulauan Yapen, di Talaud yang berbatasan langsung dengan Philipina, di Simeulue Aceh, di Lampung Selatan, dan daerah-daerah yang notabene secara geografis tentu lebih  ekstrem dan membahayakan secara resiko. Dan menurut saya sekali lagi sama sekali tanpa popularitas,  tanpa sensasi dan tanpa ungkit pamrih. 

Berapa banyak tenaga kesehatan yang menjalani LDR dalam program Nusantara Sehat, meninggalkan keluarga tanpa ungkit dan keluh. Semua mungkin karena niat dan tekad. Niat mencari pekerjaan, niat mengabdi kepada negara dan masyarakat. Mereka bekerja di hari Sabtu, di waktu yang ketika ada libur berjajar ada istilah long weekend, tidak ada bagi tenaga kesehatan. 

Puskesmas adalah canda tawa mereka, kawan adalah keluarga mereka. Mereka tidak akrab dengan cabin pesawat. Tidak dekat dengan makanan cepat saji, swalayan, mall, apalagi hotel-hotel berbintang. 

Tidak... mereka menikmati perjamuan-demi perjamuan di keheningan balai dusun, di senyap rumah warga. Dari rumah ke rumah, selfie dari jamban ke jamban hanya sekedar mengais data bahwa masyarakat telah mendapatkan akses jamban sehat. 

Dan sekali lagi hanya bermodalkan tekad, dengan fasilitas milik pribadi, menembus belantara demi sebuah tugas yang mungkin bagi sebagaian orang bukanlah termasuk dalam kategori tugas suci.

Mereka para para traveler yang suka menghabiskan liburan ke Jogja, menghabiskan long weekend mereka bersama keluarganya, mungkin tidak asing dengan obyek wisata Kalibiru. Kalibiru itu wilayah terjamah dari sebagian wilayah kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Kokap. Atau Anda mungkin pernah terkesan dengan Kebun Teh Nglinggo?? Ya... itu juga merupakan bagian terjamah dari wilayah kerja Puskesmas Samigaluh. 

Hanya sebagian kecil dan bisa terakses. Itu pun Anda sudah bilang jalannya ngeri. Kedung Pedut, Kembang Soka, Itu baru sebagian keciiiil sekali dari jelajahan tenaga kesehatan di Puskesmas Girimulyo II. Mereka menembus terjal Sokomoyo, Sumberejo, Sonya, Pringtali, Kedung Tawang, bukan sebagai traveller. Tanpa pernah mengeluhkan akan LDR, tanpa pernah memperbincangkan akan fasilitas dan apa pemberian negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun