Mohon tunggu...
Antonius Ruron
Antonius Ruron Mohon Tunggu... Guru Penjas Sekolahan

You'll never write alone

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Orang Timor Berkebun

9 April 2025   07:06 Diperbarui: 9 April 2025   12:29 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga besar bapa Ferdi di kebun miliknya (Dok. Pribadi Antonius Ruron)

Dari rumahnya di daerah Seroja, kami pergi menjemput anggota keluarga besarnya yang lain di kampung-kampung terdekat. Setelah semua berkumpul, ada belasan orang yang siap berangkat ke kebun lengkap dengan perlengkapan bermalam di kebun. Beberapa adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar ikut bersama rombongan ini. Tak ketinggalan seekor anjing jantan turut naik ke pick up.

Kami keluar dari wilayah kota melewati jalan tengah kampung Kuatnana saat sudah tengah hari. Perjalanan melewati pungung-punggung bukit menjadi ciri khas jalan di tanah Timor. Perbukitan dan hamparan lembah yang luas di sisi kiri dan kanan jalan. Beberapa kali saya ditawari untuk makan sirih dan pinang.

Obrolan orang-orang berbahasa dawan dialek khas Kefa yang berirama dengan tempo selow, pemandangan bukit dan lembah, musik country pick up serta sirih dan pinang semakin membuat saya merasa benar-benar ada di Timor.

 (Dok. Pribadi Antonius Ruron)
 (Dok. Pribadi Antonius Ruron)

Kurang lebih setengah jam melaju di jalanan beraspal mobil berbelok ke kanan memasuki turunan berbatu. Mobil bergoyang seperti kapal di tengah gelombang. Miring kiri, kanan, naik turun. Kerikil lepas berhamburan saat dilindas. Jalan yang tidak layak dilalui kendaraan.  Hutan di kiri dan kanan jalan begitu hijaunya. Pohon-pohon besar dengan tali-tali besar bergelantungan. Terlihat samar samar bayangan hitam di cabang pohon. Apakah itu tarzan?

Tibalah kami di kampung Femnasi. Kampung di lereng gunung yang hijau tadi. Pohon jambu dengan buah yang seksi bergelantungan halaman rumah warga. Air berlimpah terlihat di pinggir jalan di dalam kampung ini. Terdapat pula tempat pemandian yang sedang ramai.

Tulang belakang yang terus menahan benturan karena jalan berlubang seperti mulai teras lelah. Pantat yang dari tadi parkir di atas papan kayu mulai nyut-nyut. Namun belum kram. Itu artinya yang katanya "sonde jauh, dekat sini sa" itu mungkin masih harus naik dua gunung lagi.

Kebun yang kami tuju ini milik bapa Ferdi, ayah Pak Eman. Pensiunan yang kini tekun bertani. Informasi ini saya dapatkan dari om om yang sedari tadi bercerita pernah ke Larantuka, makan ikan banyak dan minum arak di sana. Ia bercerita dengan semangat walau kesulitan mengingat kembali nama - nama tempat yang pernah ia kunjungi di daerah Larantuka.

Melewati kampung Femnasi, mobil kembali berjalan pelan menyusuri perbukitan. Kali ini bukan jalan aspal. Jalan tanah yang di beberapa titik ada rabat pendek. Ini jalan menuju kebun orang-orang dari kampung ini. Turunan bertebing yang cukup ekstrim. Mobil kami berjalan pelan dan hati-hati. Kepala saya sempat terbentur pada besi rangka atap pick up, karena tiba-tiba mobil masuk lubang dan miring ke kiri. Medan berat ini ternyata tidak ada apa-apanya dimata pengendara sepeda motor revo.

Beberapa kali kami mendapat senyuman ramah nan santai dari pengendara revo yang mendahului atau berpapasan dengan mobil kami. Rangka motor yang terlihat mulai berkarat dan sekarung besar muatan diikat di tempat duduk bagian belakang. Sepeda motor ini tetap melaju melewati jalan tanah berlubang. Memang pantas revo dijuluki raja jalanan di tanah timor.

Seorang teman saya pernah berpesan, kalau bertemu motor revo di jalanan sebaiknya segera turunkan kecepatan dan menepi, karena revo bisa bermanuver diluar prediksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun