Mohon tunggu...
Anton 99
Anton 99 Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the University of Garut

Express yourself, practice writing at will and be creative for the benefit of anyone

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu di Pohon Waru

13 Juli 2021   22:33 Diperbarui: 13 Juli 2021   23:29 1766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Hantu di Pohon waru (sumber: gambarhantublogspot.com)

Menurut cerita rakyat pohon yang satu ini seringkali berdiam makhluk astral, tidak sedikit orang dikampung yang berbicara ada hantu di Pohon waru.

Akan tetapi kamipun tidak pernah memikirkan cerita itu, karena sesuatu kejadian yang mistik di sekitar perkampungan sebenarnya sudah biasa sejak dulu.

Suatu hari, kami mengisi liburan di rumah kakek dan Nenek, kebetulan siang itu hujan tanpa henti, si kakek waktu itu mengajak untuk mancing ke sungai di malam hari dengan harapan dapat ikan besar dan banyak untuk makan.

Malam yang sejuk, indah dan cerah terlihat mempesona saat keluar rumah menuju ke tepian sungai bersama kakek dan paman.

Semenjak tadi siang, sudah direncanakan untuk mancing ikan di sungai pada malam itu, kebetulan cuaca bagus dan sedang muncul bulan purnama yang menghapus kegelapan malam.

Sudah biasa jika seharian penuh hujan terus menerus sudah pasti air sungai akan meluap, kondisi hujan yang lama telah menyebabkan air mengalir datang dari hutan dan hulu sungai.

Derasnya luapan air sungai, menyebabkan beragam ikan besar dan kecil turun ke hilir terbawa kencangnya air mengalir dan mendiami kubangan-kubangan besar saat aliran sungai itu mulai surut. 

Kebiasaan kakek ketika cuaca mulai cerah dan debit air sungai mulai berkurang, maka pada malam hari nya seringkali berangkat memancing di tepian sungai.

Ya, mancingnya di malam hari karena disaat malam biasanya ikan-ikan besar pada keluar mencari makan, cacing tanah menjadi makanan kesukaan ikan lubang, lele, sidat, gabus dan beragam ikan besar liar lainnya. 

Naas, waktu itu mancing ditepian sungai yang tidak begitu jauh dari rumah kakek ternyata tidak ada satupun ikan besar yang di dapatkan.

Tanpa berfikir panjang mancing pun berpindah ke kubangan air di bagian hilirnya, ternyata di sanapun hanyalah ikan-ikan kecil saja yang menyantap umpan dikailnya.

Kakek mulai kesal karena dah lama memancing, hanya ikan kecil saja yang di dapatkan, lantas kakek mengajak kami dan paman menuju ke bagian hilirnya lagi.

Begitu sampai di tepian hilir yang di tuju, masing-masing mencari posisi yang tepat dan nyaman untuk melempar kail pancingnya, kamipun duduk mancing yang tidak jauh dari tempat mereka. 

Terlihat air sungai di tempat itu membentuk kubangan besar, dalam dan panjang mengalir tanpa henti hilir, pada bagian pinggir sungai berdiri pohon-pohon waru dari mulai yang kecil sampai yang paling tinggi dan besar.

Menghiasi tepian sungai yang dipenuhi pula pohon bambu dan semak-semak belukar rumput liar disamping bebatuan besar aliran sungai. 

Terlihat di bagian atas sebelah kanan ada sebuah jembatan tua peninggalan Belanda yang hanya bisa dilewati satu buah mobil saja, saat itu tak satupun mobil maupun kendaraan lainnya yang lewat karena memang waktu sudah sangat malam dan tempatnya jauh dari perkampungan penduduk.

Belum begitu lama ditempat itu, terdengar "wah dapet!" Kata kakek berteriak gembira, ternyata ikan lubang besar hinggap di kailnya kakek.

Tak lama berselang paman juga berteriak "nih saya juga dapet", sambil menunjukan ikan sidat yang di dapatkannya cukup besar.

Satu jam telah berlalu ditempat itu beragam ikan telah di dapatkan cukup banyak, tempat penyimpanan "Korang" sudah mulai penuh karena ikan yang di hasilkan terus bertambah banyak maka tas penyimpanan peralatan pun di pakailah untuk menampung ikan yang di dapatkan selanjutnya.

Tas berisi ikan disimpan dibelakang tempat duduk mancing yang tidak berapa lama sudah mulai penuh dengan ikan-ikan. 

Akan tetapi apa yang terjadi? terdengar suara "kresek-kresek" dan "krusuk-krusuk" di belakang tempat duduk. Semula dikira ikan yang tersimpan masih hidup, maka di biarkan saja dan fokus memancing.

Makin lama terdengar ganjil suaranya, semuanya menoleh pada sumber suara. Terlihat jelas seekor anjing liar di berwarna hitam sedang asyik memakan ikan dari dalam tas yang entah dari mana datangnya, melihat itu pamanku sangat marah sekali. 

Paman langsung mengambil batu besar dan di lemparlah anjing hitam itu, akan tetapi lemparan batu tidak membuat lumpuh, binatang itu lari kencang masuk ke kumpulan pohon waru yang gelap sambil membawa tas yang berisi ikan dengan gigitan taringnya.

Waktu sudah menunjukan jam 12 malam, suasana ketika itu mendadak sepi dan heuning sekali bahkan kail ikan yang di pegang kami, kakek dan paman mendadak tidak disantap lagi oleh ikan-ikan.

Heran, kenapa mendadak sepi begini? Bisik paman dan kakek. "Sudah hilang ikan satu tas, pancing pun mendadak sepi... aneh sekali".

Saat itu pula, terlihat dahan pohon waru mendadak bergerak-gerak, paman dan kakek segera menoleh awalnya mengira anjing hitam yang mengambil tas ikan sedang bersembunyi disana. 

Lampu senter di arahkan ke dahan pohon waru itu dan "cleg" sangat terlihat begitu jelas sosok perempuan berambut hitam dengan pakaian panjang berwarna putih sedang duduk diatas dahan pohon waru membelakangi kami bertiga, kakinya tidak terlihat begitu pula tangannya, disangka terhalang dedaunan pohon waru saja.

Kakek spontan bertanya: "neng... sedang apa tengah malam duduk-duduk di sana!", "hayo pulang!". 

Sapaan kakek tidak dihiraukannya, ia malah asyik terus menggoyang-goyangkan dahan pohon waru itu.

Kakek bergumam dalam bahasa Sunda "hiih awewe teh, eweuh kasieun peting-peting ucang angge dina tangkal", saat itu kami dan paman hanya terbengong-bengong dengan penuh rasa heran, aneh, perasaan takut dan kaget karena mendadak ada sosok perempuan yang duduk di pohon waru itu.

Kakek marah besar karena sapaannya tidak direspon oleh sosok perempuan itu, Maka diambilah batu kecil dan berkata:"turun! Lamun henteu di baledog siah".

Sosok perempuan berambut hitam panjang dengan pakaian putih dari leher sampai kaki itu berhenti menggoyang-goyangkan dahan pohon waru dan membalikan mukanya sambil bersuara: "hi hi hi hi hi... hii hii hii hii hi" terus cekikikan tanpa henti.

Sontak saja kakek terlihat kaget karena setelah melirik ternyata bagian depan mukanya putih datar tak berbentuk sangat jelas terlihat, sama sekali tidak berhidung, tidak bermata dan tidak berbibir mukanya datar saja....!

Astaghfirullah... ada Hantu di Pohon Waru, kata kakek sambil mengajak kami untuk segera pulang meninggalkan tempat itu.

Kamipun bersama kakek dan paman segera pulang sambil terus menerus membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falak, An-Nash dan ayat Qursy tanpa henti, sebagai bentuk pencegahan sebagaimana telah diajarkan Islam.

Kejadian ini nyata, pengalaman saat mancing bersama kakek dan paman sewaktu mengisi libur panjang sekolah sekira tahun 1993.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun