7. Ketujuh, ia tidak punya rasa empati terhadap situasi.
Artinya, ia seringkali tidak bisa baca keadaan. Contohnta: ia tidak peduli ketika situasi sedang tidak bagus untuk mengutarakan perasan gembira. Ataupun sebaliknya, ketika lingkungan harusnya bergembira tapi karena ia sedang bersusah, maka ia pun seakan-akan memaksa lingkungan harus ikuti perasaannya.
Akibatnya, ia hadi nggak fit dengan situasi dimana ia berada, karena nggak pandai baca apa yang terjadi. Baik dalam kelompok maupun dalam lingkungannya.
8.Radar emosi keluarnya tak bekerja.
Radar emosi itu apa sih? Bayangkanlah kayak radar yang dipakai untuk menangkap sinyal dari luar. Dan itu nggak kerja. Apa jadinya?
Jadinya, dia nggak bisa menangkap sinyal-sinyal perasaan emosi yang ditunjukkan orang lain. Ia bahkan tidak bisa membaca perasaan orang lain, apalagi harus berempati dengan perasan orang lain. Kembali, ia hanya focus pada perasaannya sendiri. Baginya, yang terpenting adalah perasaan dirinya, bukan orang lain.
9.Suka ditraktir secara emosi.
Tahu kan artinya traktir. Ditraktir artinya kamu dibayarin orang lain. Kamu jadi nggak usah bayar karena orang lain yang bayarin. Nah, yang ini ia suka traktiran emosi.
Traktir emosi maknanya adalah ia merasa senang, suka, bahagia justru ketika ada orang lain yang harus dikorbankan perasaannya. Bahkan ketika orang lain susah atau pun menderita karenanya, ia justru bisa menikmatinya.
10.Seringkali emosi dan perasaannya justru menciptakan kabut yang membuatnya tak bisa berpikir dengan jernih.
Contoh kasusnya begini, misalkan saja ketika ia mulai nggak suka seseorang, maka semua hal yang benar tentang orang itu, langsung ditepis. Begitu juga kalau merasa chemistry-nya nggak cocok dengan seseorang, maka ia pun langsung tidak bisa menjaga profesionalisme kerjanya. Boleh dibilang, muatan perasaannya jadi jauh lebih besar daripada hal utama yang harusnya ia kerjakan. Akibatnya, perasaannya seringkali membuat ia tidak jernih berpikir, bersikap dan bertindak.