Mohon tunggu...
Annisa Solihati
Annisa Solihati Mohon Tunggu... Tim Humas dan Sekretaris di Pusat Pengembangan SDM Aparatur, bergerak di bidang Pengembangan SDM Aparatur Kementerian ESDM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berawal dari hobi menulis cerita cinta di buku harian semasa remaja, kemudian diarahkan untuk menulis berita pelatihan saat bekerja, akhirnya ketagihan untuk mengolah kata-kata menjadi tulisan bermakna berupa informasi untuk para pembaca. Voilà, semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Menggapai Net Zero Emmision Nasional

14 Juli 2022   09:37 Diperbarui: 14 Juli 2022   09:42 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wawancara Eksklusif 

DADAN KUSDIAN, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)

Jalan menuju NZE nasional memang berliku. Tetapi Pak Dirjen optimistis. Apa saja langkah strategis yang akan ditempuh? Inilah ringkasannya.

Waktu menunjukkan pukul 7.15 WIB.  Matahari mulai mengintip di sela pagi kota Jakarta. Kantor Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral di bilangan Cikini belumlah ramai. Namun, tim liputan Majalah Aparatur sudah menunggu di lobi.

Hari itu,  kami ada janji temu dengan Pak Dadan Kusdianan, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM. Buat kami, bersua dengannya adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan. 

Maklumlah, Pak Dirjen tentu punya banyak kesibukan. Antara lain dalam upayanya merealisasikan Net Zero Emision (NZE) atau penurunan emisi karbon di Indonesia. Dan untuk keperluan membahas topik itulah kami bertandang.

Tak menunggu lama, pukul 7.30 WIB kami dipersilakan masuk ke ruang kerjanya. Beliau menyambut dengan hangat. Sejurus kemudian, masih dalam suasana sehangat secangkir kopi yang disuguhkan, obrolan tentang NZE pun bergulir.

Dalam persepsi kami, peran Direktorat Jenderal EBTKE dalam kaitan dengan NZE sangat penting.  Inilah lembaga yang menjadi poros utama dalam upaya penurunan energi karbon di Indonesia. 

Tantangan yang dihadapi pasti tak mudah. Salah satunya adalah soal perilaku masyarakat. Hari ini kita masih merasa nyaman menggunakan energi fosil. 

Menurut Pak Dirjen, merealisasikan NZE adalah langkah strategis berskala global. NZE adalah tuntutan nyata. Misinya serius: upaya penyelamatan keseimbangan alam dan kehidupan manusia. 

Itu sebab perjuangan merealisasikan NZE tak hanya perjuangan terkait program yang bersifat tangible. Banyak hal yang bersifat intangible. Budaya atau kebiasaan yang sudah lekat dalam kehidupan masyarakat adalah salah satunya.

Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Juga berlaku di hampir sebagian besar negara di dunia. Karena itu, menurut Pak Dadan, "Dalam melaksanakan program NZE dibutuhkan penanganan yang bersifat holistik dan berkesinambungan."

Terlebih, saat melihat tingkat risiko di masa depan. Dibutuhkan langkah konkret berupa road map. Peta jalan itu harus dapat dilihat progresnya. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. 

Menurut Pak Dirjen, saat ini pemerintah menargetkan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri. Realisasi pencapaian ditetapkan pada tahun 2030. 

"Sebenarnya, persentase itu  bisa bertambah apabila dibantu oleh negara lain. Target penurunan bisa mencapai 41 persen," tambahnya.

Langkah Strategis Menuju NZE

Target itu diyakini dapat tercapai. Tentu dengan menjalankan beberapa strategi yang telah disusun oleh pemerintah. Misal, melalui pemanfaatan sumber energi baru atau optimalisasi sumber energi baru terbarukan (EBT) untuk pemenuhan kebutuhan industri. Termasuk dalam hal ini: bahan bakar nabati. 

Menurut beliau, jika hal ini konsisten dilakukan, maka capaian produk akhir dari suatu industri yang lebih bersih akan memiliki daya saing tinggi. Terutama di pasar internasional. 

Langkah selanjutnya adalah upaya untuk mengoptimalkan sumber energi listrik untuk sektor transportasi dan lainnya. Salah satu langkah penting adalah mengembangkan kendaraan berbasis baterai atau kendaraan listrik. Hal ini tentu tidak dapat dijalankan sendiri oleh  pemerintah. Harus ada sinergi dengan pihak swasta

Upaya lain adalah dukungan dan komitmen seluruh elemen bangsa. Keberhasilan terhadap NZE tidak dapat dilakukan oleh satu institusi saja. Gerakan bersama amat penting. 

Menurut Pak Dadan, Net Zero Emission ini artinya bukan sama sekali tidak ada emisi, tapi jika masih ada emisi harusnya ada yang menyerap.  "Prinsipnya, itu yang akan kita lakukan. Sehingga misalnya dari sektor ESDM tidak bisa nol emisi, maka dicarilah pasangan untuk bisa menyerapnya," tuturnya.

Ia juga menjelaskan bahwa perlu ada keberanian untuk upaya pengurangan energi fosil. Misal, dengan cara menerapkan pajak karbon dan pembatasan operasional pembangkit listrik berbasis batubara (PLTU). Bisa juga dengan kebijakan retirement atau memensiunkan PLTU yang sudah tua.  Kontrak tidak diperpanjang atau PLTU selanjutnya digantikan dengan pembangkit energi baru terbarukan. 

"Saat ini kita sudah memiliki peta yang secara bertahap mengistirahatkan PLTU-PLTU yang sudah layak untuk di pensiunkan," tambah Pak Dirjen.

Menumbuhkan Kesadaran, Mengubah Budaya

Dalam paparan lebih lanjut, faktor budaya juga menjadi kunci penentu dari kesuksesan NZE.  Untuk mengubah pandangan dan kebiasaan lama di masyarakat perlu usaha sosialisasi yang masif. 

Kampanye pentingnya penggunaan energi bersih untuk penyelamatan bumi dan lingkungan kehidupan harus terus didengungkan. Tahapannya mulai dari edukasi untuk membangun kesadaran atau self-awarness sampai membangun masyarakat yang partisipatif. 

Isu NZE seharusnya berkembang menjadi gerakan moral, sebagaimana gerakan "Perang Melawan Sampah Plastik". 

Nah, bincang bincang tentang NZE memang selalu menarik untuk dibahas. Tak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 8.30 WIB dan wawancara harus berakhir. 

Ada sebuah wisdom apik yang datang dari Pak Dadan di penghujung wawancara: "Tanpa manusia, alam akan tetap ada. Tanpa alam, manusia tidak akan ada. Jadi sudah cukup kita merusak alam. Kini waktunya kita memperbaiki."

Sungguh dalam. Patut kita renungkan. (Aries Setyarto)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun