Mohon tunggu...
Annisa Nurul Koesmarini
Annisa Nurul Koesmarini Mohon Tunggu... Do Good, Feel Good

Saya Senang Membaca-Menulis-Menonton-Berbisnis Jika membaca diibarat menemukan harta karun. Maka menulis seperti menjaga harta karun itu tetap abadi. Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya - Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) Sebagai Sebuah Model Revolusi Dari Desa

1 Desember 2014   05:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:23 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14173603871274693120

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Revolusi Dari Desa: Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat

Penulis             : Dr. Yansen Tipa Padan, M.Si

Penerbit           : PT. Elex Media Komputindo

Cetakan           : I ( pertama ), 2014

Jumlah hlm      : 180 hlm.

Jumlah bab      : 7 bab

Ukuran buku   : 23 × 15 cm

Harga buku     : Rp. 54.800

ISBN               : 978-602-02-5099-1

ULASAN BUKU

Membaca buku ini, seakan ingin mengajak pembaca untuk keluar dari cara berpikir umum yang menyatakan bahwa masyarakat (terutama masyarakat desa) tidak mampu mengurus atau mengatur dirinya sendiri. Masyarakat hanya diposisikan untuk menerima dan menjalankan program yang disiapkan oleh pemerintah. Pemikiran inilah yang menjalar dan tumbuh di kalangan birokrat sehingga mereka enggan memberikan kepercayaan kepada masyarakat desa. Atas dasar itulah buku ini bertutur tentang konsep pembangunan GERDEMA (Gerakan Desa Membangun) yang digagas dan telah dilaksanakan oleh penulisnya, Bapak Dr. Yansen, TP., M.Si. selaku bupati Malinau (salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Utara). Sebuah paradigma baru dalam pembangunan yang berfokus pada sikap percaya kepada masyarakat desa. GERDEMA berjalan dengan motto “Berubah, Maju, Sejahtera” serta dilandasi oleh tekad untuk bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja tulus ikhlas, dan bekerja bersih tuntas.

Buku ini ditulis seolah ingin menggugat konsep pembangunan yang kurang tepat yang berlangsung hingga saat ini, dimana selalu menempatkan masyarakat (terutama masyarakat desa) berada di pihak yang lemah. Contohnya dalam pemberian subsidi. Penulis berpendapat bahwa memang dengan pemberian subsidi, angka-angka pertumbuhan ekonomi terlihat menunjukkan keberhasilan. Namun pada dasarnya hal tersebut tidak terlalu menggeser esensi persoalan yang dihadapi, yakni pengangguran, kemiskinan (terutama kemiskinan mental), kebodohan, dan ketidakberdayaan. Buku ini juga ingin mengkritisi pola pembangunan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang belum dapat diwujudkan karena masyarakat hanya dijadikan sebagai objek pembangunan, bukan sebagai subjek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan, masyarakatlah yang secara aktif melaksanakan pembangunan dan kemudian menikmati hasil pembangunan itu sendiri. Bukan dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang notabene adalah elite penguasa, namun dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam buku ini penulis sangat meyakini bahwa jika masyarakat desa dapat dipercaya, dibina, dan dibentuk kemampuannya, maka mereka menjadi terampil untuk menjalankan tugas dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan desa. Penulis berpendapat sebaiknya peran pemerintah, DPRD, kepala daerah, dan seluruh jajaran perangkat daerah dioptimalkan sebagai fasilitator, dinamisator, dan negosiator agar proses pembangunan yang bermuara pada masyarakat desa ini terlaksana dengan baik dan arah pembangunannya tetap on the right track. Sudah waktunya peran para elite pejabat yang menguasai dan mengendalikan berbagai instrumen kebijakan mengambil tindakan aktif, kreatif, inisiatif, dalam mengarahkan dan membimbing masyarakat agar mampu mencerna, memahami, mengevaluasi, sekaligus menjadi problem solver yang mandiri dengan menggunakan kearifan lokal setempat. Masyarakat desa bersama pemerintah desa dan pemerintah daerah juga diberikan kepercayaan untuk mewujudkan keberdayaan (empower) dalam pembangunan program-program pemberdayaan (empowerment program), salah satunya yang fenomenal dan merupakan terobosan baru adalah adanya penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang pada prosesnya melibatkan seluruh elemen masyarakat desa dalam pelaksanaannya.

GERDEMA diusulkan sebagai sebuah model revolusi dari desa. Revolusi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah revolusi dalam hal penerapan konsep pembangunan, integrasi antara pendekatan partisipatif dan teknokratik yang bermuara di desa. Revolusi dalam penyerahan urusan dari perangkat teknis daerah kepada pemerintahan desa. Revolusi dalam hal konsistensi antara formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan pembangunan desa oleh pelaku pembangunan dan masyarakat desa. Revolusi dalam pelaksanaan otonomi secara penuh di desa, sebagai bagian komitmen membangun kedaulatan rakyat yang menjadi cermin kedaulatan negara yang hakiki.

Keunggulan buku ini dibandingkan dengan buku sejenis ialah buku ini ditulis oleh seorang akademisi sekaligus seorang praktisi dan birokrat yang telah menjalankan semua konsep yang digagasnya sehingga mampu memberikan hasil nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Malinau. Penggunaan bahasa yang komunikatif dan penjabaran istilah-istilah manajemen kepemimpinan yang detil dan mudah dipahami oleh pembaca juga menjadi salah satu poin plus buku ini, sehingga buku revolusi dari desa yang merupakan hasil kajian doktoralnya dan kemudian dipraktikkannya di Malinau sejak masa baktinya tahun 2011 hingga kini sebagai bupati, terasa lebih ringan, mudah dicerna, dan mudah dipahami oleh pembaca. Kelemahan buku ini terletak pada banyaknya jumlah halaman yang membuat pembaca memerlukan komitmen ekstra untuk menuntaskan bacaan sekaligus memahami isi buku ini. Akan lebih baik lagi jika buku ini dibagi menjadi dua atau tiga bagian yang tidak hanya berisi tulisan namun lebih banyak menampilkan gambar, grafik, dan foto sehingga segmen pembaca generasi muda dan remaja bisa lebih banyak diajak untuk memahami dan mengkaji konsep cerdas yang diusung oleh penulis.

Pada intinya, buku ini layak dibaca untuk dijadikan panduan bagi seluruh stakeholders, terutama seluruh PNS pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Pemerintahan Desa (Pemerintah Desa, BPD, LPMD, Lembaga Ekonomi Desa, Lembaga Adat, PKK Desa), masyarakat, para wiraswasta, dan para pemangku kepentingan lainnya. Buku ini juga sangat layak dijadikan referensi bagi pihak-pihak yang ingin memahami dan belajar tentang bagaimana membangun desa secara tepat.

Selamat membaca dan berevolusi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun