Mohon tunggu...
annisa nur afifah
annisa nur afifah Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa, yang berusaha ada dimana saja

contact me : IG : @annisa.naff e-mail : annisanurafifah36@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Embun Senja Bab IV (End)

22 September 2022   10:07 Diperbarui: 22 September 2022   10:08 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : https://id.pinterest.com/pin/568649890463861466/

SEMBUH

Malam ini aku mendapat kabar yang membahagiakan. Mba Embun memberikan berita, bahwa dia akan segera menikah. Sudah ada lelaki yang datang menemui orang tuanya.

"Alhamdulillah Mba, akhirnya, semoga Allah ridhai. Bismillah ya Mba." Kataku dalam telepon.

Baca juga: Embun Senja Bab II

"Iya Sen, mohon doanya ya."

"Orangnya gimana mba? Aku penasaran, laki-laki seperti apa yang mampu membuatmu yakin dan bersedia Mba." Tanyaku antusias.

"Namanya Arief Sen. Aku dulu pernah bertemu dengannya sekali, tidak sengaja, aku pun tidak kenal."

"Terus Mba?" Tanyaku begitu berantusias.

Baca juga: Embun Senja

"Jadi, dulu saat aku masih bantu EO temanku, aku pernah meeting dengan mas Arief yang lagi butuh EO untuk acara wedding gitu. Kami ga ada ngobrol hal pribadi, ya gimana ya gak mungkin lah ya, secara kan dia client ku. Dan sudah akan menikah pula."

"Wah mba... Terus, terus ?" Aku tidak percaya dengan ceritanya.

"Terus ga lama dari itu, aku dengar dari temanku bahwa Mas Arief ini batal menggunakan EO kami, karena alasan yang kurang mengenakkan. Acara pernikahannya batal."

"Nah, dua minggu lalu, aku ketemu beliau waktu kajian. Saat kamu nggak bisa datang karena sakit. Dikenalkan oleh Ustadzah Ica. Ternyata kolega beliau. Saat itu aku sedang berdiskusi dengan Ustadzah Ica, kemudia Mas Arief datang untuk menyapa Ustdzah."

"Masyaallah, terus gimana kok bisa sampai ke rumah ?" Aku masih penasaran.

"Kemudian, seminggu dari itu Ustadzah Ica menghubungiku, bahwa ada yang ingin berkenalan denganku, katanya sedang cari istri. Aku segan menolak, karena langsung dari Ustadzah, jadi aku iyakan. Dan Qadarullah, ternyata Mas Arief yang dimaksud."

Bisa kurasakan rasa bahagia Mba Embun. Membawaku pada kenangan saat Mas Indra Meminta pada Bapak untuk mengajukan lamaran padaku.

"Kemudian kami bertukar biodata, dan setelah melakukan do'a serta istikharah, akhirnya aku menerimanya."

"Bismillah ya Mba, aku turut berbahagia, semoga jodoh hingga syurga Mba."

"Aamiin, terimakasih Sen. Aku yakin nggak lama lagi kamu juga, aamiin."

"Aamiin.... Eh Mba, ada fotonya ndak ? Aku penasaran orangnya Mba? Pasti ganteng.." Aku menggodanya.

"Boleh kok, aku kirim WA ya. Assalamualaikum" Mba Embun Menutup telepon.

Kemudian aku membuka WA Mba Embun dengan rasa bahagia. Karena akhirnya sahabatku mampu menutup lukanya, dan membuka lembaran baru. Semoga aku juga bisa begitu.

la haula wala quwwata illa billah. Tak terasa air mataku menetes dikedua pipi saat melihat foto yang dikirmkan Mba Embun. Ya Allah, ini Mas Indra. Arief yang dimaksud ternyata adalah Arief Indra, mantan pasanganku. Seketika aku merasa perban hatiku terbuka dan tersayat kembali luka itu. Perih, hingga tangisku tak bersuara. Bagimana bisa engkau uji aku kembali dengan orang yang sama ya Rabb. Dan kenapa harus Sahabatku yang Engkau pilih?

Dua minggu aku tidak hadir dikajian rutin. Ibu menjadi bingung dengan perubahan sikapku lagi. Ibu sudah cemas dari kemarin, karena aku kehilangan nafsu makanku, aku pun banyak tinggal di kamar. Ibu pun tidak berhasil membuatku bercerita.

Aku terlalu lemah untuk membahas ini. Aku hancur, untuk yang kedua kali. Kali ini aku sendiri, tidak Ada Mas Indra disampingku, apalagi Mba Embun yang akan mengelus lembut kepalaku. Mendekapku dalam peluknya. Aku kehilangan. Aku dikecewakan.

Aku membuka WA, banyak pesan masuk dari Mba Embun, namun tidak aku baca. Panggilan darinya pun tidak pernah aku angkat. Aku terlalu terpuruk dalam kekecewaan dan kesedihan. Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. Aku benci diriku sendiri.

***

"Baik, nanti akan Ibu sampaikan kepada Senja. Insyaallah tidak apa-apa, semoga memang kalian berjodoh. Ibu ikut bahagia. Terimakasih sudah datang kemari tetap menjalin silaturahmi." "Nak Indra, sudah ibu anggap sebagai anak sendiri Mba Embun, insyaallah laki-laki yang baik."

Kemudian aku dengar ibu menutup pintu dan suara mobil menjauhi rumah. Tak lama Ibu masuk ke kamarku. Aku duduk terdiam tanpa suara bahkan tanpa air mata.

"Nak, tadi Mas Indra dan Mba Embun datang, mereka khawatir denganmu."

Ibu memelukku dan mengusap kepalaku lembut, persis seperti Mba Embun dulu. Air mataku pun menetes.

"Kenapa begini bu ? Apa Allah benci Senja, hingga tidak ingin Senja bahagia bu ?" Aku mulai terisak. Ibu tetap berusaha tenang walau aku merasakan ibu juga menagis.

"Istigfar nak. Ibu yakin bukan karena Allah tidak sayang, namun karena Allah terlalu sayang, Allah ingin kamu mendapatkan kebahagiaan yang terbaik. Yang akan indah setelah derai air matamu. Sehingga kamu menjadi orang paling bahagia."

"Ibu yakin mereka berdua pun tidak tahu apa-apa. Tidak bermaksud menyakitimu. Bukan salah mereka Senja. Semuanya takdir Allah. Kita ini hanya manusia. Bukan pencipta."

"Harus kamu tahu nak, mereka pun merasakan kesedihanmu juga, bahkan mereka sangat merasa bersalah padamu dan Ibu, padahal ini bukan kesalahan mereka berdua. Mereka berdua hanya mahluk yang Allah takdirkan untuk bersatu."

Seketika aku teringat nasehat dari Mba Embun kala itu di Indomaret. Ada tiga kebaikan yang Allah berikan saat do'a kita tidak atau belum dikabulkan. Astagfirullah, aku telah lalai. Aku tidak seharusnya marah dan benci kepada mereka. Bahkan aku pun tahu bagaimana mereka bisa bertemu. Sama sekali tidak ada unsur kesengajaan. Memang sudah takdir Allah.

"Nak, mungkin ini cara Allah untuk berbicara dengan hatimu."

"Maksud Ibu ?"

"Ibu merasa Allah sedang mengajakmu berdialog dengan semua kejadian ini. Apakah kamu tidak merasa ? Allah seperti berkata padamu, hay Senja, akan Aku beri kamu sebuah ujian, karena Aku tahu kamu hambaku yang luar biasa. Akan Aku uji kamu dengan apa-apa yang kamu sayangi sepenuh hati. Apakah kamu bisa ikhlas?"

"Jika bisa, maka Aku akan berikan padamu sebuah hadiah diakhir perjalanan mu. Dan Aku naikkan level keimananmu. Karena berate kamu sudah paham, bahwa semua yang ada di dunia ini hanya titipan."

"Masyaallah.." Tangisku semakin deras mendengar penjelasan Ibu. Sungguh betapa beruntungnya aku menjadi hamba pilihan Allah untuk boleh ikut ujiannya dan naik kelas.

"Tapi bu, kenapa aku ?" Kataku masih sedikit ragu.

"Kenapa tidak kata Allah?" Jawab Ibu mantap sambil mengusap air mataku.

Subhanallah, terimakasih Allah telah membuatku belajar berkali-kali. Maafkan aku yang sering berburuk sangka pada Mu.

***

Hari ini aku menghadiri pernikahan Mba Embun dan Mas Indra, bersama Ibu. Mereka tampak begitu bahagia, dan aku pun bahagia melihat mereka berdua. Segala puji bagi Allah, begitu luar biasa, membuatku jatuh, bangkit, jatuh dan bangkit kembali.

Allah ajarkan aku bagaiamana cara ikhlas, merelakan orang-orang yang aku sayangi dalah hidup ini. Allah berikan padaku rasanya kehilangan yang begitu dalam. Namun Allah juga yang kembalikan, malah dua kali lipat. Allah kembalikan sahabatku, Mba Embun. Bahkan Allah juga kembalikan Mas Indra, yang sekarang juga menjadi sahabat baik ku. Allah selalu berikan lebih bagi hambanya yang mau bersabar.

"Masyaallah, selamat ya Mas dan Mba, aku bahagia sekali melihat kalian hari ini."

"Aku memang Senja, namun ternyata, aku adalah embun dalam kehidupanmu mas, hadir di awal harimu. Dan Mba Embun, adalah Senjamu yang sesuangguhnya. Akhir dari perjalanan harimu. Semoga kalian berbagia selalu"

 

                                                                                                                                  TAMAT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun