Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

QUAD: Grup yang Buruk bagi Beijing tapi Bagus bagi ASEAN

29 September 2021   22:25 Diperbarui: 29 September 2021   22:31 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pimpinan Quad Yoshihide Suga (dari kiri), Narendra Modi, Joe Biden dan Scott Morrison berpose di Gedung Putih, Washington DC. | Sumber: The Hindu

Oleh Veeramalla Anjaiah

KTT para pemimpin Australia, India, Jepang dan Amerika Serikat tatap muka pertama yang baru-baru ini diselenggarakan di Washington pada tanggal 24 September lalu adalah pil pahit yang harus ditelan bagi Komunis China namun merupakan kabar baik bagi negara-negara Asia Tenggara.

KTT tersebut disebut Quadrilateral Security Dialogue atau Quad Summit, yang dihadiri oleh Presiden Amerika Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

"Bersama-sama, kami berkomitmen kembali untuk mempromosikan tatanan yang bebas, terbuka, berdasarkan aturan, berakar pada hukum internasional dan tidak gentar oleh paksaan, guna meningkatkan keamanan dan kemakmuran di Indo-Pasifik dan sekitarnya," kata keempat pemimpin tersebut dalam sebuah pernyataan bersama.

"Kami berdiri untuk supremasi hukum, kebebasan navigasi dan penerbangan, penyelesaian sengketa secara damai, nilai-nilai demokrasi dan integritas teritorial negara."

Asal-usul Quad

Quad awalnya dibentuk pada tahun 2007 oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Tujuan utamanya adalah untuk mengkonfigurasi ulang keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. 

Hal tersebut merupakan respon dari empat negara yang pernah mengikuti latihan angkatan laut bersama yang disebut Latihan Malabar di India, terhadap peningkatan kekuatan ekonomi dan militer China.

Quad kemudian menjadi tidak aktif karena keluarnya Australia dari grup hingga tahun 2017. Selama KTT Asia Timur yang ke-12 di Manila pada bulan November 2017, para pemimpin keempat negara ini bertemu dan memutuskan untuk menghidupkan kembali Quad.

Antara 2017 hingga 2019, ada lima pertemuan Quad, termasuk pertemuan para menteri luar negeri di New York pada bulan September 2019. Pada bulan Maret 2021, para pemimpin Quad menghadiri KTT virtual pertama dan mengeluarkan komunike bersama.

China pada awalnya tidak menganggap Quad serius dan bahkan menggambarkannya sebagai "busa laut" yang akan segera menguap. Saat Quad tumbuh lebih kuat, China menjadi panik. Karena, Quad dapat menimbulkan tantangan serius bagi ambisi global dan regional China di tahun-tahun mendatang.

Mengapa?   

Pertama, keempat negara ini adalah negara demokrasi top dunia. India adalah negara demokrasi terbesar di dunia sedangkan AS adalah negara demokrasi terbesar kedua.

Di bidang ekonomi, AS adalah ekonomi terbesar di dunia sedangkan Jepang adalah ekonomi terbesar ketiga. India adalah ekonomi terbesar keenam dan Australia berada di posisi ke-12.

Dalam hal kekuatan militer, menurut laporan Global Firepower 2021, AS menempati urutan nomor satu di dunia. India merupakan kekuatan militer terbesar keempat di dunia sementara Jepang di posisi kelima dan Australia di posisi ke-19.

Banyak orang memiliki kesan yang salah bahwa Quad merupakan aliansi atau forum militer. Tidak, mereka bukan aliansi militer. Ini mungkin akibat propaganda agresifnya China.

Tahun lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa Quad adalah upaya untuk membangun "NATO Indo-Pasifik" dan strategi Indo-Pasifik Quad menimbulkan "risiko keamanan mendasar yang besar bagi kawasan". Media China mengutuk Quad sebagai "klik kecil" negara-negara yang mencoba memulai Perang Dingin baru.

Kesalahan China sendiri

Pertanyaan dasarnya adalah faktor apa yang menyebabkan terbentuknya Quad?

Selama periode Presiden Hu Jintao (2003 hingga 2013), China meyakinkan dunia bahwa kekuatan ekonomi, politik dan militer China yang tumbuh tidak akan menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan keamanan dunia, yang disebut sebagai kebangkitan China yang damai. 

Namun semua ini telah berubah sejak Presiden Xi Jinping mengambil alih kepemimpinan China pada tahun 2013. 

Di bawah kepemimpinan Xi, China telah menunjukkan perilaku yang sangat ekspansionis dan agresif di Laut China Selatan (LCS) dan Laut China Timur serta terlibat pertengkaran dengan India atas masalah perbatasan. Mereka telah memaksa dan menggertak tetangga kecilnya di Asia Tenggara dan Australia. 

China menekan gerakan demokrasi di Hong Kong dan ingin mengambil alih Taiwan dengan paksa. Mereka telah melakukan kekejaman terhadap Muslim Uighur dan Buddha Tibet. Kebebasan media dikontrol dengan ketat di China.

China ingin mendominasi dunia melalui kekuatan kerasnya.

"Kebangkitan China tidak damai," C. Raja Mohan, pakar kebijakan luar negeri terkemuka dari Universitas Nasional Singapura, mengatakan kepada ThePrint baru-baru ini.

Sejak kebangkitan China dan India, menurut Raja Mohan, dan kontestasi geopolitik sesungguhnya ada di Indo-Pasifik. Itulah sebabnya munculnya Quad untuk menciptakan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.     

Adalah kesalahan China sendiri untuk pindah dari negara dengan konsep kebangkitan damai menjadi kekuatan yang ekspansionis.

Kekhawatiran China

China memiliki banyak alasan untuk mengkhawatirkan Quad di tahun-tahun mendatang.

"Skenario kasus terburuk dari perspektif Beijing adalah bahwa Quad dapat berfungsi sebagai fondasi koalisi anti-China global yang lebih luas. Jika Quad menarik negara-negara Asia lainnya, UE dan NATO ke dalam upaya untuk menghadapi atau melemahkan ambisi internasional China, seiring waktu, mereka dapat mengayunkan keseimbangan kekuatan kolektif secara definitif melawan China," tulis Kevin Rudd, mantan Perdana Menteri Australia, dalam sebuah artikel menarik berjudul "Why the Quad Alarms China" di majalah Foreign Affairs belum lama ini. 

China tidak pernah berharap bahwa tetangganya India akan bergabung dengan Quad dan memperluas hubungan dengan AS.

"Itu adalah poros strategis [strategic pivot] India," komentar Raja Mohan dalam sebuah artikel di jurnal Foreign Policy baru-baru ini.

Seperti Indonesia dan Vietnam, kebijakan India adalah untuk tidak bergabung dengan aliansi militer manapun. India-lah yang memberikan syarat bahwa Quad tidak akan menjadi forum militer. Akhirnya, AS, yang awalnya ingin membuat aliansi militer, menyetujui permintaan India.

Kemitraan dan kerjasama

Karena Quad bukan aliansi militer, lalu grup apa mereka?

Quad menjalin kemitraan dan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik.

Perdana Menteri India Modi mengatakan bahwa Quad akan menjadi "kekuatan untuk kebaikan global".

"Saya yakin bahwa kerja sama kami, di bawah Quad, akan memastikan kemakmuran dan perdamaian di Indo-Pasifik dan di dunia," kata Modi dikutip Al Jazeera di Washington baru-baru ini.

Quad baik untuk Asia Tenggara karena kebijakannya sejalan dengan tujuan ASEAN. Para pemimpin Quad telah menyatakan kesediaan mereka untuk bekerja sama dengan ASEAN.

"Kami berkomitmen untuk bekerja sama dan dengan berbagai mitra. Kami menegaskan kembali dukungan kuat kami untuk persatuan dan sentralitas ASEAN serta untuk Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, dan kami menggarisbawahi dedikasi kami untuk bekerja dengan ASEAN dan negara-negara anggotanya---jantung kawasan Indo-Pasifik---dengan cara yang praktis dan inklusif," kata para pemimpin Quad dalam pernyataan bersama.

Para pemimpin Quad memiliki pandangan yang sama dengan rekan-rekan ASEAN mereka. Indonesia, Filipina, Vietnam,dan Malaysia menginginkan arsitektur regional berbasis aturan, kebebasan navigasi dan penerapan penuh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982 di LCS.

"Kami akan melipatgandakan upaya kami untuk memastikan bahwa Quad adalah kekuatan untuk perdamaian, stabilitas, keamanan dan kemakmuran regional. Untuk itu, kami akan terus memperjuangkan kepatuhan terhadap hukum internasional, khususnya sebagaimana tercermin dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut [UNCLOS], untuk menghadapi tantangan terhadap tatanan berbasis aturan maritim, termasuk di Laut China Timur dan Selatan," kata pernyataan Quad.

Quad juga menyerukan diakhirinya kekerasan di Myanmar dan pemulihan awal demokrasi di Myanmar.

ASEAN dapat bekerja sama dengan Quad di banyak bidang seperti mengurangi dampak pandemi COVID-19, perubahan iklim dan teknologi kritis dan baru. Anggota Quad memiliki sumber daya, keahlian, pengalaman dan kemauan untuk bekerja dengan negara-negara ASEAN.

Anggota Quad aktif dalam program Fasilitas COVAX.

"Selain dosis yang dibiayai melalui COVAX, Australia, India, Jepang dan Amerika Serikat telah berjanji untuk menyumbangkan lebih dari 1.2 miliar dosis vaksin COVID-19 yang aman dan efektif secara global," kata pernyataan tersebut.

"Dan hingga saat ini, kami telah mengirimkan hampir 79 juta dosis vaksin yang aman, efektif dan terjamin kualitasnya ke negara-negara di Indo-Pasifik sebagai bagian dari komitmen tersebut."

Australia akan memberikan AS$212 juta dalam bentuk bantuan hibah kepada negara-negara Asia Tenggara dan Pasifik untuk membeli vaksin. Jepang akan memberikan pinjaman senilai $3.3 miliar untuk tujuan yang sama. India akan melanjutkan ekspor vaksinnya ke negara-negara Asia Tenggara pada bulan Oktober.

Dalam upaya untuk menghadapi krisis iklim, anggota Quad siap membantu negara-negara di kawasan Indo-Pasifik.

"Negara-negara Quad akan bekerja sama untuk menjaga batas suhu yang selaras dengan Perjanjian Paris dalam jangkauan dan akan mengejar upaya untuk membatasinya hingga 1.5C di atas tingkat pra-industri," kata Quad.

Di bidang teknologi, Quad akan mengambil peran utama untuk membantu negara-negara Asia Tenggara.

"Kami telah menjalin kerja sama pada teknologi kritis dan baru, untuk memastikan cara teknologi dirancang, dikembangkan, diatur dan digunakan dibentuk oleh nilai-nilai bersama dan penghargaan kami terhadap hak asasi manusia universal," kata Quad.

"Dalam kemitraan dengan industri, kami memajukan penyebaran jaringan 5G dan lebih dari 5G yang aman, terbuka dan transparan, dan bekerja dengan berbagai mitra untuk mendorong inovasi dan mempromosikan vendor serta pendekatan yang dapat dipercaya."

Bagi ASEAN, Quad bagus tapi AUKUS, sebuah aliansi militer, tidak bagus. 

Pada 15 September lalu, pemerintahan Biden mengumumkan pembentukan AUKUS, pakta militer trilateral antara Australia, Inggris dan AS. Di bawah pakta tersebut, baik Inggris dan AS akan menyediakan kapal selam bertenaga nuklir ke Australia sebagai pencegahan terhadap ancaman China.

Indonesia dan Malaysia menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan perlombaan senjata di kawasan akibat AUKUS sementara Filipina dan Singapura mendukung AUKUS.

ASEAN berada di dalam dilema besar karena terjebak antara China yang agresif di satu sisi dan aliansi militer AUKUS dan non-militer QUAD di sisi lain. Akan jauh lebih baik bagi ASEAN untuk bergabung dengan Quad atau bekerja dengannya tetapi menjauhlah dari AUKUS sementara. Quad akan memberikan begitu banyak manfaat bagi ASEAN dan akan menjadi peringatan bagi China yang agresif jika gagal mengikuti tatanan berbasis aturan.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun