Subuh berlalu , Mentari tampak remang malu-malu ,Mengikis angan tiada berujung raguÂ
Nikmat Tuhan, tiada pantas di dustakan
Meski fajar tak secerah itu,     Namun apa kau tahu? ,Dalam lelap mimpi bertebaran, Hingga kau pulas dan nyaman olehnya
Sudahkah kita bersyukur? Â Ataukah kufur?Â
Segala alam atas kehendak-Nya, Bidak catur berjalan oleh keinginan pemainnya
Apakah sama? Tidak...Â
Tentu saja, Â Dengan Kasih-Nya
Ia memberi pilihan,  dua jalan telah dibentangkan,                    Fujur dan taqwa
Kau bebas memilih, Â dan Allah yang menentukan
Mentari waktu usai di terjang badai
Makhluk yang kau benci, Â mungkin saja ia yang paling disayang oleh-Nya
Corona, Â sebutan yang manisÂ
Namun sayang, Â ia membawa beribu duka dan berjuta keinginan untuk kembali taqwa
Apakah hanya sebatas ingin saja?Â
Kita tak pernah tahu, Â sampai dimana kaki akan menjejaki ciptaan-Nya yang lain.Â
Mungkin saja, Â esok kita terkapar
Atau hari ini terdampar, Â mungkin juga tiada ditelan ajalÂ
Kembalilah jiwa yang merindu
Temui Maha Perindu, Â karena Ia sangat Pencemburu