"Kamu pandai sekali Ali. Abah memang lebih suka minum teh daripada sirop marjan," celetuk abah.
Dan, semua tertawa. Sebab apa lagi. Sebab semua tahu abah tidak begitu suka minum teh. Ali benar-benar payah, tak tahu selera abah.
***
Dua minggu setelah lebaran, aku dan Ali menikah. Kini, setiap hari, aku harus menyiapkan dua cangkir kopi hitam dan menyaksikan dua lelaki yang mengobrol ke sana ke mari sambil menikmati kopi yang kusuguhkan setiap pagi.
"Sudah jam tujuh mas. Nanti kamu terlambat masuk kerja," seruku mengingatkan saat melihat suamiku masih tertawa cekikikan bersama abah.
"Anakmu nanti Arini, dia harus pasti menjadi penikmat kopi hitam, jangan sirop marjan," seru abah.
Keduanya tertawa. Entah apa yang tengah mereka bicarakan sampai harus bawa-bawa sirop marjan.
"Ayah berangkat dulu, Sayang," ucap Ali mengelus perut besarku yang tengah mengandung, kemudian menciumnya dan bergegas keluar.
Sementara aku? Apa aku dia lupakan? Laki-laki itu, benar-benar menyebalkan.
Kaohsiung, 7 Mei 2019
#RWCODOP2019
#DAY2
#OneDayOnePost