"Maaf. Kamu sih gitu terus," balasku merunduk masih dengan memajukan bibir.
"Mohon maaf lahir batin, Mas," lanjutku sembari menelungkupkan kedua tangan ke arahnya.
Dia tersenyum mendengar kata-kataku.
"Pulang sekarang?" tanyanya kemudian.
"Tahun depan!" balasku ketus.
Laki-laki itu, sekalipun begitu menyebalkan, tapi aku sangat menyukainya. Dengan Satria Fu biru miliknya, kami meluncur pulang. Oh tidak. Aku pulang sedangkan dia akan bertandang. Hehe.
***
Suasana di rumah sudah ramai. Kulihat beberapa sepeda motor terjajar di depan halaman. Keluarga besar pasti telah datang.
Sebagai orang tua satu-satunya yang masih kumiliki, abah memang beruntung. Kerabat dan keluarga begitu menyayanginya. Pun anak-anaknya. Jika lebaran datang, mereka dengan sigap datang bertandang jika takbir telah berkumandang. Tentu saja, toh rumah mereka tak jauh dari rumah abah.
"Assalamu'alaikum," salamku serentak bersama Ali.
"Wa'alaikumsalam," balas mereka yang ada di dalam secara serentak pula.