″Aku tidak menolakmu, Mat″ mata bening itu samar tertutup kabut. Berbagai penggalan peristiwa berkelebat. Ada sosok Rendy yang tertawa sambil menggandeng Maya. Wajah bapak yang sedih dan tangisan ibu saat mendengar putusan dokter tentang penyakitnya yang tidak dapat disembuhkan. Bau obat dan panggilan-panggilan yang menyayat.
″Tabahkan hatimu, Nak. Dokter bukan penentu umur manusia, Allah yang lebih berkuasa.″
Suara-suara itu terasa pedih dan menyesakkan dada. Butiran bening mengalir dari balik kacamatanya. Pelan dia menghapusnya.
″Apakah kamu sudah punya pacar ?″ kegusaran Mamat membuatnya tak melihat kesedihan di wajah gadis didepannya.
Latifah kembali menghela nafas, aku harus kuat katanya dalam hati.
″CintaNya padaku lebih besar daripada cinta siapapun. Tak ada yang membuatku tenang selain selalu bersamaNya,″
″Siapa dia ?, aku akan membuatnya babak belur karena telah merebutmu dariku.″ wajah Mamat memerah.
Latifah tersenyum arif. Ya Allah, bantu aku memahamkan cinta pada-Mu.
″Dia juga mencintaimu, Mat. Dia Maha Pengasih dan Penyayang. Dan tidak ada kekuatan apapun di dunia ini yang dapat mengalahkanNya... ″ Latifah tersentak, kedatangan teman-temannya membuatnya jengah.
″Haayooo...lagi ngapain Si Bos sama Putri Salju ? ″ gerombolan Si Berat yang terdiri dari Giman, Topan dan Dudung datang mengejutkan Mamat yang serius mendengarkan Latifah.
Mamat terkesiap. ″Kurang asem !, ngak enak ya lihat orang seneng. ″ semprotnya sambil berdiri dan menjitak kepala Giman yang paling dekat dengannya. Wajahnya memerah karena malu. Bisa bahaya reputasi kalau ketahuan trio gemuk tukang ngocol ini...habis awak dikerjain nanti.