Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dewi Ertha: Sosok Ibu Bumi Primordial dalam Tradisi Suku Jermanik

10 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 10 Oktober 2025   02:22 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Nerthus: A Comprehensive Guide - Mythical Encyclopedia (mythicalencyclopedia.com)

1. Kereta Suci dan Danau Pemurnian

Salah satu aspek paling menakjubkan dalam pemujaan terhadap Ertha adalah prosesi kereta sucinya. Dalam ritual tersebut, kereta yang ditutupi kain putih dan ditarik oleh sapi betina akan diarak mengelilingi desa. Tidak ada yang boleh menyentuh kereta kecuali pendeta wanita yang ditugaskan khusus untuk melayani sang dewi.

Setelah prosesi selesai, kereta dan para pelayan dibawa ke danau suci untuk dimandikan. Namun, setelah ritual pemurnian itu, mereka yang telah menyentuh kereta dianggap tidak boleh hidup lagi karena telah bersentuhan langsung dengan kekuatan ilahi. 

Mereka kemudian dikorbankan dengan ditenggelamkan di danau, sebuah tindakan yang dianggap sebagai “pengembalian” kepada bumi. Ritual ini mencerminkan pandangan bahwa kekuatan bumi bersifat sakral dan tidak dapat disentuh sembarangan.

2. Tanah Sebagai Tempat Damai

Ketika Ertha berkeliling, semua bentuk peperangan dan permusuhan harus berhenti. Ini menunjukkan bahwa bumi bukan hanya tempat berpijak, tetapi juga ruang damai dan perlindungan. Tradisi ini memperlihatkan pemahaman mendalam bahwa keharmonisan manusia tidak dapat dicapai tanpa menghormati bumi sebagai pusat kedamaian.

3. Pohon, Batu, dan Mata Air Sakral

Suku-suku Jermanik memandang unsur alam seperti pohon tua, batu besar, dan mata air sebagai tempat tinggal roh bumi. Mereka percaya bahwa kekuatan Ertha mengalir melalui unsur-unsur tersebut. 

Tempat-tempat ini menjadi pusat pemujaan dan persembahan, serta digunakan untuk mencari pertanda atau ramalan. Ritual sederhana seperti menaruh persembahan di bawah pohon atau berbicara kepada batu dipercaya dapat memperkuat hubungan spiritual dengan bumi.

4. Perayaan Musiman dan Ramalan Alam

Dalam perayaan Yule, titik balik matahari musim dingin, masyarakat menyalakan api unggun dan mengucap doa kepada bumi. Api dianggap sebagai lambang kehidupan yang akan kembali setelah musim dingin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun