Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lamashtu: Dewi yang Ditakuti Sekaligus Dihormati dalam Mitologi Mesopotamia

13 September 2025   07:00 Diperbarui: 13 September 2025   05:16 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Mesopotamia - Lamashtu Cuneiform tablet replica - Assyrian / Babylonian amulet (downunderpharaoh.patternbyetsy.com)

Dalam bentangan sejarah panjang peradaban manusia, mitologi sering menjadi cermin dari rasa takut, harapan, serta cara masyarakat kuno memahami dunia di sekeliling mereka. 

Di Mesopotamia, tanah yang dianggap sebagai salah satu pusat lahirnya peradaban, kita menemukan banyak tokoh mitologis dengan sifat beragam, dari dewa pencipta hingga makhluk jahat pembawa bencana. 

Di antara mereka, ada satu sosok yang menonjol karena reputasinya sebagai ancaman sekaligus simbol kekuatan ilahi: Lamashtu.

Berbeda dengan iblis atau makhluk jahat lainnya, Lamashtu dianggap sebagai dewi jahat yang memiliki otonomi sendiri. Ia tidak sekadar menjalankan perintah dewa lain, melainkan bertindak sesuai kehendaknya. 

Ketakutan masyarakat terhadap Lamashtu begitu dalam, terutama karena ia diyakini menjadi penyebab kematian bayi, penyakit ibu menyusui, serta berbagai gangguan dalam kehidupan sehari-hari. 

Namun menariknya, meskipun ditakuti, ia juga dihormati dan bahkan diberi persembahan dalam ritual-ritual tertentu. Inilah yang membuat Lamashtu menjadi tokoh yang kompleks dan penting dalam mitologi Mesopotamia.

Siapa Lamashtu?

Lamashtu berasal dari tradisi Akkadia dan Sumeria, dua peradaban besar yang hidup di wilayah Mesopotamia kuno. Ia disebut sebagai anak dari Anu, dewa langit tertinggi. 

Status ini menempatkannya pada posisi unik: ia bukan sekadar makhluk jahat, tetapi juga bagian dari jajaran ilahi. Namun berbeda dengan dewa-dewa lain yang menjaga keseimbangan kosmos, Lamashtu justru hadir sebagai perusak tatanan tersebut.

Keistimewaan lain dari Lamashtu adalah sifatnya yang otonom. Jika kebanyakan iblis atau makhluk jahat dalam mitologi Mesopotamia bekerja di bawah perintah dewa, Lamashtu bebas bertindak sesuai keinginannya. Inilah alasan mengapa masyarakat begitu takut kepadanya: ia tidak bisa dikendalikan, bahkan oleh para dewa.

Penampilan Simbolik

Dalam seni dan teks kuno, Lamashtu digambarkan sebagai makhluk hibrid dengan penampilan menakutkan:

* Kepala singa yang melambangkan kebuasan.

* Gigi keledai yang menunjukkan sifat liar dan keras kepala.

* Cakar panjang yang siap merenggut kehidupan.

* Kaki burung seperti makhluk Anzu, menandakan kekuatan supernatural.

* Tangannya memegang ular, sementara ia menyusui hewan liar.

Gambaran ini jelas bukan sekadar horor visual. Setiap detail adalah simbol dari ketidakteraturan alam, ancaman, serta kekacauan yang bisa merusak kehidupan manusia, terutama mereka yang paling rentan: ibu dan bayi.

Fungsi dan Ancaman Lamashtu

Masyarakat Mesopotamia percaya bahwa Lamashtu bertanggung jawab atas berbagai malapetaka. Fokus utama ancamannya adalah pada ibu dan anak, kelompok yang memang paling rapuh dalam kehidupan kuno. Ia diyakini sebagai penyebab:

* Kematian bayi dan keguguran, sesuatu yang memang sangat sering terjadi pada masa itu.

* Penyakit pada ibu menyusui, termasuk demam dan infeksi.

* Mimpi buruk dan gangguan tidur, yang dianggap sebagai serangan spiritual.

* Kerusakan sungai, tanaman, dan lingkungan, yang mengancam ketahanan hidup komunitas.

Dalam beberapa teks kuno, Lamashtu disebut memiliki tujuh nama, bahkan digambarkan sebagai “tujuh penyihir”. Hal ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya satu entitas, melainkan simbol kekuatan magis yang kompleks dan berlapis-lapis.

Perlindungan dari Lamashtu: Peran Pazuzu

Menariknya, ancaman Lamashtu tidak dilawan dengan "kebaikan" dalam pengertian kita sekarang. Justru masyarakat Mesopotamia memanggil Pazuzu, iblis angin yang juga menakutkan, untuk menghadapi Lamashtu.

Mengapa Pazuzu?

Pazuzu adalah sosok yang sama menyeramkannya, tetapi ia dipercaya memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih terarah. Karena itu, ia bisa menundukkan atau menghalau Lamashtu. Patung-patung Pazuzu sering dijadikan jimat pelindung, terutama oleh ibu hamil dan keluarga yang baru memiliki bayi.

Fenomena ini menunjukkan cara berpikir unik masyarakat Mesopotamia: keseimbangan kosmik tidak selalu dicapai melalui kebaikan, tetapi melalui pengendalian kekuatan jahat dengan kekuatan jahat lainnya. Dengan kata lain, untuk melawan kegelapan, kadang diperlukan kegelapan yang lebih kuat.

Ritual dan Praktik Spiritual

Kehadiran Lamashtu melahirkan berbagai praktik spiritual yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Ritual-ritual ini bukan sekadar usaha magis, tetapi juga strategi sosial untuk mengurangi kecemasan kolektif.

Beberapa praktik umum yang dilakukan adalah:

* Menggunakan jimat dan patung Pazuzu untuk melindungi ibu hamil.

* Membacakan mantra dalam bahasa Akkadia atau Sumeria untuk mengusir Lamashtu.

* Menggunakan mangkuk sihir, yang diisi dengan teks perlindungan dan ditanam di sekitar rumah.

* Membakar kemenyan serta memberikan persembahan makanan, sebagai bentuk permohonan agar Lamashtu tidak mengganggu.

* Mendirikan kuil atau tempat khusus, bukan hanya untuk mengusir Lamashtu, tetapi juga menenangkannya.

Dari sini terlihat bahwa meskipun Lamashtu ditakuti, masyarakat tetap mengakui kekuatannya. Dengan melakukan ritual, mereka berusaha berdamai dengan sesuatu yang tidak bisa sepenuhnya mereka kendalikan.

Perbandingan dengan Dewa-Dewa Mesopotamia

Lamashtu jelas berbeda dengan para dewa utama seperti Enki, Enlil, dan Anu. Jika para dewa ini menjaga keteraturan alam semesta, Lamashtu hadir sebagai simbol kekacauan.

| Aspek                   | Lamashtu                                                                       | Dewa-Dewa Utama Mesopotamia

| Status Ilahi         | Dewi jahat, anak Anu                                                  | Dewa pencipta dan pengatur kosmos 

| Fungsi                  | Mengganggu kelahiran, menyebarkan penyakit  | Menciptakan, menjaga keseimbangan 

| Persepsi Sosial  | Ditakuti, dijauhi, namun juga dihormati                | Disembah, dimuliakan sebagai pelindung

| Simbolisme       | Kekacauan, kematian, kegelapan                              | Ketertiban, kesuburan, cahaya

Dari tabel ini terlihat bagaimana Lamashtu menjadi representasi kebalikan dari dunia ideal yang dijaga para dewa. Kehadirannya justru memperkuat pentingnya para dewa dalam imajinasi masyarakat Mesopotamia.

Makna Budaya dan Psikologis

Jika dilihat lebih dalam, Lamashtu bukan sekadar sosok mitologis menakutkan. Ia adalah cermin dari ketakutan kolektif masyarakat Mesopotamia terhadap hal-hal yang sulit mereka kendalikan.

Dari sudut pandang budaya dan psikologis, Lamashtu mengajarkan bahwa:

* Kehidupan penuh ketidakpastian, terutama terkait kelahiran dan kesehatan.

* Kekuatan destruktif adalah bagian dari siklus kosmik, tidak bisa dihapus, hanya bisa dikendalikan.

* Ritual dan perlindungan spiritual menjadi sarana menciptakan harapan.

Bahkan kekuatan jahat pun bisa dijinakkan dan dialihkan, bukan semata-mata dimusnahkan.

Relevansi dan Refleksi Modern

Meskipun lahir ribuan tahun lalu, kisah Lamashtu tetap relevan hingga kini. Dalam dunia modern, ia bisa dilihat sebagai archetype ketakutan manusia terhadap hal-hal tak terlihat: penyakit mematikan, kematian mendadak, bencana alam, bahkan kecemasan yang sulit dijelaskan.

Mitos tentang Lamashtu mengingatkan kita bahwa cerita kuno bukan hanya dongeng. Ia adalah alat psikologis dan sosial yang digunakan manusia untuk memahami dan mengendalikan realitas yang sering terasa kacau.

Penutup: Lamashtu sebagai Cermin Budaya

Lamashtu adalah tokoh unik dalam mitologi Mesopotamia, dewi jahat yang ditakuti sekaligus dihormati. Ia menjadi simbol dari sisi gelap kehidupan: kematian bayi, penyakit, mimpi buruk, hingga kekacauan alam. 

Namun di balik ketakutannya, Lamashtu juga memaksa masyarakat Mesopotamia untuk membangun sistem perlindungan spiritual, memperkuat komunitas, dan menciptakan makna dalam menghadapi penderitaan.

Dengan demikian, Lamashtu bukan hanya sekadar kisah menyeramkan dari masa lalu, tetapi juga refleksi mendalam tentang cara manusia menghadapi ketidakpastian. Ia mengajarkan bahwa bahkan di tengah ancaman dan kegelapan, manusia selalu menemukan cara untuk menciptakan harapan dan keseimbangan.

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun