* Membakar kemenyan serta memberikan persembahan makanan, sebagai bentuk permohonan agar Lamashtu tidak mengganggu.
* Mendirikan kuil atau tempat khusus, bukan hanya untuk mengusir Lamashtu, tetapi juga menenangkannya.
Dari sini terlihat bahwa meskipun Lamashtu ditakuti, masyarakat tetap mengakui kekuatannya. Dengan melakukan ritual, mereka berusaha berdamai dengan sesuatu yang tidak bisa sepenuhnya mereka kendalikan.
Perbandingan dengan Dewa-Dewa Mesopotamia
Lamashtu jelas berbeda dengan para dewa utama seperti Enki, Enlil, dan Anu. Jika para dewa ini menjaga keteraturan alam semesta, Lamashtu hadir sebagai simbol kekacauan.
| Aspek          | Lamashtu                                     | Dewa-Dewa Utama Mesopotamia
| Status Ilahi     | Dewi jahat, anak Anu                          | Dewa pencipta dan pengatur kosmosÂ
| Fungsi          | Mengganggu kelahiran, menyebarkan penyakit | Menciptakan, menjaga keseimbanganÂ
| Persepsi Sosial | Ditakuti, dijauhi, namun juga dihormati        | Disembah, dimuliakan sebagai pelindung
| Simbolisme     | Kekacauan, kematian, kegelapan               | Ketertiban, kesuburan, cahaya
Dari tabel ini terlihat bagaimana Lamashtu menjadi representasi kebalikan dari dunia ideal yang dijaga para dewa. Kehadirannya justru memperkuat pentingnya para dewa dalam imajinasi masyarakat Mesopotamia.
Makna Budaya dan Psikologis
Jika dilihat lebih dalam, Lamashtu bukan sekadar sosok mitologis menakutkan. Ia adalah cermin dari ketakutan kolektif masyarakat Mesopotamia terhadap hal-hal yang sulit mereka kendalikan.