Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis media sosial. Sudah menulis 3 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA (2015), IMAN YANG MEMBUMI (2016), dan MENATA BANGSA YANG BERADAB (2025) . Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jubah Tak Terlihat + Cuci Tangan = TROUBLE MAKER

11 Februari 2025   10:55 Diperbarui: 15 Februari 2025   08:33 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trouble maker memiliki kecenderungan mencari lawan bicara untuk sekedar mencurahkan kekesalan dan kemarahan atau bahkan protes terhadap seseorang. Mereka akan senang bercerita dan merasa lega ketika pembicaraan mereka didengarkan oleh orang lain.

Bertemu mereka akan selalu ada topik pembicaraan yang dilontarkan. Topik tersebut biasanya bernuansa negatif, penuh prasangka, pikiran negatif bahkan berisi umpatan terhadap seseorang atau atasan.

Jika kita terlibat dalam pembicaraan atau sekedar ikut nimbrung di dalamnya, maka dimungkinkan pikiran kita tercemar, aura negatif akan mempengaruhi diri kita dan diam-diam bisa jadi akan menyetujui pernyataan tersebut atau bahkan tertular "virus" negatif mereka. Yang terjadi kemudian adalah waktu terbuang dan pekerjaan terbengkalai.

Menariknya setelah terjadi masalah, mereka memiliki kecenderungan "menghilang" karena dari dalamnya mereka memiliki "jubah tak terlihat". Atau dengan perkataan lain, mereka memiliki kecenderungan "mencuci tangan" dari masalah yang telah dibuat, agar tetap terlihat bersih dari noda yang telah mereka buat.

Mereka layaknya Pilatus dalam cerita Alkitab. Mereka biasanya akan lari dari tanggung jawab alias cuci tangan dari tindakan, baik yang secara sengaja maupun tidak sengaja telah merugikan bahkan mengorbankan orang lain.

Mereka pada umumnya akan "senang" dengan kondisi yang telah mereka buat. Mereka biasanya akan menghindar dari kerugian yang ditimbulkan dengan mengorbankan pihak lain, juga menganggapnya bukan urusannya, padahal di awal mereka menganggap semua hal adalah urusan mereka. Mereka layaknya belut yang dilumuri oli.

Namun demikian, saya selalu percaya akan hukum karma. Siapa pun manusia itu tidak bisa lari dari hukum karma. Hukum karma selalu manis seperti gula, tetapi membuat seseorang menderita seperti racun.

Ada waktunya air mata dan kepedihan yang kita timbulkan akan kembali kepada kita yang membuat orang lain menangis dan tersakiti. Pepatah yang mengatakan "sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga" tentu akan kembali kepada mereka yang memiliki "jubah tak terlihat", punya kecenderungan "cuci tangan", dan mereka yang suka menciptakan masalah alias "Trouble Maker".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun