Selama masa persembunyiannya bang Hamzah melakukan pertaubatan, dan dia dengan taat mendekatkan diri kepada Allah SWT yang selama ini dia tinggalkan. Dia, memulai shalat kembali, mengaji dan bertasbih.
Suatu malam yang sahdu, bang Hamzah memohon kepada Allah, agar dendamnya yang bersarang didadanya dihilangkan.
"Ya Allah, ijinkan aku, kembali kepadaMU, tuntunlah aku dijalanMU dan hamba bertaubat, hilangkan rasa amarah, dan dendam ini dalam kalbu hamba," ucapnya seraya air matanya menetes dipipinya.
***
3 Bulan kemudian
Dalam waktu tak terlalu lama, persembunyian bang Hamzah tercium oleh polisi. Tempat persembunyiannya terendus oleh polisi. Sang buronan itu Akhirnya tertangkap. Aku, menyaksikan betapa kejinya perlakukan polisi ketika menangkap bang hamzah, begitu pula dengan Pak Haji Umar, melihat pemandangan aksi penangkapan bang Hamzah yang sangat tak berperikemanusiaan seperti memburu teroris. Polisi pun melakukan pagar betis menyergap bang Hamzah. Seperti sedang menangkap ayam yang akan di kurung. Para Santri yang berada di Pondok Pesantren, selama ini mereka tidak menyadari, bahwa di dalam Pondok Pesantren berada seorang buronan polisi. Pembunuh pula.
"Semua jangan ada yang bergerak!" salah satu polisi berkata seraya menembakan piostonya ke angkasa dor dor.
Ingin rasanya, aku meraih pistol yang ada disalah satu pinggang polisi dan kutembakan kepada polisi yang berada disana saat itu, membiarkan bang Hamzah berlari sejauh-jauhnya. Bang Hamzah langsung disergap oleh beberapa polisi dan tak bisa berkutik karena tangannya diborgol.
"Singa kecil kau tak akan pernah lari lagi!" ujar salah satu polisi, yang tadi menembakan pistol ke udara, seraya menyekik leher bang  Hamzah
."Aku, puas bisa membunuh setan berwujud manusia itu, Prayoga tidak mungkin mengenyahkan saya"!!! sahut bang Hamzah, seraya memberontak dari dekapan beberapa polisi yang memeganginya.
"Tutup mulut kamu, singa gila!!," polisi tadi melanjutkan kalimatnya, seraya menendang bagian perut bang Hamzah. Bug tubuh Hamzah hampir saja tersungkur.