ketika tak ada bintang, matamulah yang berbinar menyinari
hatiku, pagiku selaksa mimpi-mimpi yang belum usai
andai saja, jarak itu hanya seumpama
waktu dan rindu, cukup dengan membasuh
keringat-keringat di tubuhku dengan tangan bergetar entah kenapa
aku tak biasa melewatkan malam tanpa mengecup keningmu
di pagi hari, yang paling kau senangi
memandangi wajahmu yang syahdu, khusyuk terbasuh dengan suci,
aku memilih membiarkan hujan itu membasahi ingatan
agar ingatan selalu basah, tak perlu mencari jela dari jendela
terdengar anak ayam beserta burung-burung lepas
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!