Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjamuan di Meja Makan

16 Januari 2023   19:21 Diperbarui: 16 Januari 2023   20:55 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok pribadi AS RIJAL

Baginya meja makan adalah syurga

Ia menemui syurga setidaknya dua kali sehari

Pagi sebelum ke sekolah, malam sebelum neraka tiba

Setelah perjamuan malam di meja makan

Adik, kakak, bapak, ibunya

Bapak, kakek, ibu nenek


Memarahinya berkali-kali

Kecuali nenek yang hanya sesekali membentak

Entah kenapa?

Apakah kehadirannya disesali?

Apakah kurang lincah menyapu lantai yang terbeli dari hasil gadai?

Apakah kurang jelih melihat bekas-bekas penggorengan di piring antik yang terbeli sejak jaman belanda menjajah negeri moyangnya?

Apakah menanak nasi dengan tuungku kurang seduh?

Tak ada telepon berdering di tangannya kecuali di meja makan

Tak ada kecupan selamat tidur apalagi selamat bangun

Itu katamu yang manja!

Sepertinya manusia-manusia itu punya trauma dengan masa lalunya

Dengan gerilya di jaman nippong atau jaman belanda

Andai akan diminta mendingan dijajah dengan cina dari pada inggris amerika

Hanya di meja makan

Suatu malam hening berlangsung riuh bahagia dalam hati si Ming

Hanya karena suara si nenek tua

Famali di meja makan jika nasi keluar dari mulut bersama kata-kata

Sentak kaki kiri sang nenek kepada cucu sulung yang sudah berkumis

sembari jari kanan membahu di tangan kiri sang ibu,

di tangan kirinya mengelus tangan kanan sang pacar yang sudah keriput

ia ingin hari-harinya adalah malam

ia tak ingin pagi dengan tendangan

ia tak ingin sore dengan pukulan tangan

ia tak ingin larut dengan cemohan

karena itu nasi dikunyah seperti permen karet yang tidak ingin mengembang

pagi sebelum mengetuk

ia selalu menggunakan dua tangan 

nasi dingin di tangan kanan

air dingin di tangan kiri

bergiliran melakukan tugasnya

ia tergopoh itu lebih baik daripada suara sendok yang mengetuk pagi yang masih terlelap

tetapi setiap perjamun malam

antrian tangan, kaki, mulut

entah tanak nasi kurang sedap dengan ikan asap

apakah arangnya yang kurang memberi aroma

atau sambel terasi yang kurang asin

sehingga cemohan selalu pedis di ingatan

malamlah! Segeralah engkau merangkulku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun