Mohon tunggu...
Andini Okka W.
Andini Okka W. Mohon Tunggu... Guru - -Work for a cause not for an applause-

- a teacher, a humanist, and a lifetime learner -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Kenal Jadi Bergandengan karena Sadranan

10 Maret 2024   04:50 Diperbarui: 10 Maret 2024   07:07 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sadranan atau Nyadran di Makam Pasar Sapi Kota Salatiga, Jawa Tengah/dokpri

Apakah Anda pernah mendengar istilah Nyadran atau Sadranan?

Untuk yang tinggal di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur istilah ini tentu sudah akrab di telinga.

Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta "Sraddha" yang artinya keyakinan.

Dalam istilah Islam Jawa kejawen, nyadran dapat diartikan sebagai kegiatan ziarah kubur atau pergi mengunjungi makam leluhur untuk berdoa sambil membawa kemenyan, bunga, dan air.

Apabila menilik sejarahnya, nyadran merupakan hasil dari perpaduan antara beberapa kepercayaan yang menghasilkan kepercayaan baru antara Hindu, Islam, dan Jawa.

Nyadran atau Sadranan adalah tradisi yang dilakukan oleh orang jawa yang dilakukan di bulan Sya'ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa. 

Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian, juga dijadikan sebagai sarana guna melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).

(Sumber : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page/index/tradisi-nyadran )

Beruntung pada hari Minggu, 3 Maret 2024 yang lalu saya berkesempatan ikut tradisi ini untuk yang pertama kalinya.

Sejak pagi, keluarga saya telah menyiapkan berbagai penganan kecil untuk dibawa saat Nyadran.

Kami akan mengikuti Nyadran di Makam Pasar Sapi, Salatiga.

Keluarga besar dari ibu saya memang berasal dari kampung yang dekat dengan makam tersebut. Hampir seluruh kerabat dan leluhur saya dimakamkan di sana.

Namun karena beberapa kerabat tinggal di luar kota seperti Jakarta, maka kami di Salatiga lah yang membantu mengurus merawat makam. Termasuk saat Nyadran seperti ini.

Sepengetahuan saya, kegiatan saat Nyadran adalah membersihkan kubur keluarga bersamaan dengan para keluarga-keluarga lain menjelang Ramadhan.

Saya tidak mengerti fungsi dari berbagai makanan kecil yang keluarga siapkan awalnya.

Pukul tujuh lebih sepuluh, saya dan bude (bibi) tiba di makam. Pakde (paman) saya akan menyusul belakangan.

Selain makanan kecil, bude juga membawa peralatan bersih makam seperti sapu lidi dan sekop kecil (cethok).

Starter Pack untuk Nyadran : sapu lidi, sekop kecl, dan makanan kecil/dokpri
Starter Pack untuk Nyadran : sapu lidi, sekop kecl, dan makanan kecil/dokpri

Di pintu makam telah digelar sebuah tikar plastik, dengan beberapa dus berisi makanan. Bude memerintahkan saya untuk meletakkan dua dus makanan yang kami bawa ke atas tikar.

Tempat meletakkan makanan di belakang pintu makam/dokpri
Tempat meletakkan makanan di belakang pintu makam/dokpri

Saat kami datang, banyak orang telah berkumpul di makam.

Mereka semua membersihkan makam kerabat keluarga mereka.

Saya banyak bertemu dengan tetangga yang saya kenal.

Sambil membersihkan makam dan mengobrol, kegiatan ini menjadi begitu menyenangkan.

Dari sekian banyak para peziarah yang saya kenal, saya mulai menyadari bahwa kegiatan ini tidak diperuntukkan untuk agama tertentu saja.

Walaupun dilakukan menjelang bulan Ramadhan, kami dari berbagai latar belakang agama yang berbeda berkumpul.  

Simply mengingat serta menghormati leluhur dengan membersihkan makam mereka.

Sungguh, nilai kearifan lokal asli Indonesia yang luar biasa. Pikir saya.

Saat berada dekat dengan pintu makam, saya melihat Bapak Mahmudi. Seorang pemuka agama Islam di kampung nenek saya.

Beliau membawa plastik besar dan menuangkan isinya ke atas tikar. Ternyata itu adalah tumpukan roti kemasan plastik.

Karena roti-rotinya tidak karuan di atas tikar, saya pun menawarkan diri untuk membantu menata.

Pak Mahmudi pun mengiyakan, sembari memberi saya beberapa set plastik hitam ukuran tanggung.

Beliau segera memerintahkan saya untuk mengisi tiap plastik dengan dua roti kemasan plastik, dua jenis makanan kecil, dan beberapa buah-buahan yang dibawa oleh para peziarah.

Plastik berisi makanan-makanan tersebut nantinya akan dibawa pulang oleh masing-masing peziarah saat pulang.

Potluck party istilah Bahasa Inggrisnya. Masing-masing pihak yang menghadiri suatu event, membawa makanan dalam jumlah banyak untuk dikumpulkan. Kemudian akan disantap bersama.

Saat saya mengisi plastik-plastik tersebut, datanglah seorang ibu-ibu paruh baya yang tidak saya kenal membantu.

Tak berapa lama, datanglah lagi tiga orang ibu-ibu lain yang membantu kami.

Kami semua duduk di tikar dan bekerja cepat saling membantu mengisi plastik.

Semakin siang, peziarah semakin banyak. Jumlah bahan makanan yang kami dapat juga bertambah.

Kami agak kewalahan menatanya.

Namun demikian, para ibu-ibu rekan baru saya ini sungguh cekatan sekali. Dengan sigap mereka mengatur makanan agar mudah dijangkau tangan kami.

Para ibu yang sigap dan cekatan/dokpri
Para ibu yang sigap dan cekatan/dokpri

Saya sendiri mendapat tugas untuk memasukkan buah dan panganan kecil.

Diiringi senda gurau dan canda tawa, kami mengisi plastik-plastik hingga tak terasa terkumpul banyak dengan cepat.

Menyenangkan sekali ini, pikir saya.

Kami yang tidak kenal sebelumnya bisa sehangat ini.

Nilai guyub rukun khas Indonesia yang selalu saya rindukan dari kecil.

Mengingat Indonesia pernah dilanda berbagai kerusuhan, bahkan pergolakan politik karena isu SARA. Terutama agama, beberapa waktu lalu.

Efeknya pun tak main-main, antar anggota keluarga bisa berselisih hanya karena perbedaan mindset dalam menyikapi suatu isu politik berdasarkan masalah agama.

Keadaan negara cukup panas saat itu.

Kondisi Indonesia sudah jauh membaik saat ini mengenai isu SARA.

Terlebih saya tinggal di Kota Salatiga, yang sering menyabet posisi pertama atau kedua kota tertoleran di Indonesia tiap tahun.

Nilai toleransi, gotong royong, dan persaudaraan yang nyata terjalin seperti saat kegiatan Nyadran seperti ini.

Kami yang saling tak kenal, bisa bergandengan.

Sebagian kecil plastik yang telah terisi snack/dokpri
Sebagian kecil plastik yang telah terisi snack/dokpri

Saat kegiatan mengisi plastik dengan makanan belum sepenuhnya selesai, ternyata ibu mengirimkan pesan singkat untuk saya segera pulang dahulu. Karena harus segera persiapan ke gereja.

Kemudian saya meminta maaf kepada seluruh ibu-ibu karena harus pulang duluan.

Saat berpamitan, Bapak Mahmudi membawakan saya satu plastik berisi banyak roti dan makanan lain sebagai ucapan terima kasih.

Sayang sekali saya tidak bisa membantu hingga tuntas dan ikut membagikannya kepada para peserta Nyadran.

Mungkin sekilas nampak sederhana. Namun bagi saya, pengalaman ini memberikan harapan segar. Bahwa sejatinya, sebagai sebuah negara bangsa (nation-state). Nilai-nilai luhur yang khas dan membudaya asli Indonesia seperti gotong-royong, saling tolong menolong, ramah, santun, toleran, dan perduli terhadap sesama itu ternyata masih nyata adanya.

"Apakah kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong." 

(Pidato Bung Karno pada HUT Proklamasi, 1966)

Akhir kata,  salam hangat dan kenal dari saya.

Sehat selalu semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun