Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sinta Nuriyah, Penerus Kartini yang Tak Kenal Lelah

25 April 2024   22:21 Diperbarui: 25 April 2024   22:23 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu kita merayakan hari Kartini. Tanggal itu memang merupakan tanggal kelahiran Kartini yang akhirnya meninggal muda. Sebelum menikah dan meninggal, dia sempat menulis surat-surat "pemberontakan" kepada sahabatnya di Belanda.

Karena tulisan-tulisan yang sebagian besar bernada tuntutan kesetaraan itu dan setelah dikaji oleh pemerintah, diputuskan bahwa Kartini membawa misi emansipasi wanita dalam semua gagasannya; sesuatu yang jarang ditemukan waktu itu. Gagasan agar peran yang dimiliki oleh perempuan sebaiknya sama dengan laki-laki. Sedangkan budaya adat di Indonesia, kebanyakan adalah partiarki dimana laki-laki memang dominan.

Apakah setelah Kartini, tidak ada kartini-kartini muda dari seluruh pelosok tanah air?

Jika kita tengok ke belakang, ada beberapa permpuan yang sangat menonjol dalam memperjuangkan kesetaraan perempuan pada masa kini. Beberapa ini mungkin saja berjumlah ratusan bahkan ribuan atau mungkin jutaan karena keterbatasan pengetahuan kita terhadap eksistensi dan perjuangan perempuan di tingkat lokal. Pengetahuan kita soal kartini masa kini masih terbantu oleh media-media yang memberitakannya.

Lima tahun lalu misalnya yaitu tahun 2018, majalah terkenal Time menempatkan ny Sinta Nuriyah Wahid dalam daftar Orang Paling Berpengaruh baik dalam skala nasional dan bergaung juga di skala global. Nama istri almarhun Abdurrahman Wahid menjadi satu-satunya nama orang Indonesia yang ada di daftar itu.

Kenapa majalah terkenal Time memilih Sinta Nuriyah? Tak lain karena keteguhannya merawat kebinekaan, toleransi dan dukungannya yang tak henti sejak muda sampai dia mulai menua dan ditinggal wafat oleh Gus Dur. Keluarga  merekapun (anak-anak dan menantunya) sangat peduli dengan kebinekaan, kesetaraan gender dan agama. Ibu Sinta Nuriyah dan anak-anaknya bisa dikatakan sebagai penerus perjuangan RA Kartini yaitu memperjuangan perempuan yang notabene adalah orang-orang yang lemah dan tertindas.

Selama belasan tahun ibu Sinta mengadvokasi banyak kalangan di seluruh tanah air soal kebinekaan dan kesetaran. Beliau yang maaf, tidak bisa berjalan dengan sempurna karena kecelakaan ini, berkeliling dan mendampingi banyak pihak untuk buka dan sahur bersama, tampa kenal lelah.

Kalangan tokoh agama garis keras sering mencibir dan mengkritiknya, tapi dia jalan terus dengan segala misinya. Kita bisa saksikan sekarang, meski tidak melalui politik dan kekuasaan, ibu Sinta dan keluarganya berhasil menginspirasi banyak pihak dengan moderasi agama yang menjadi tuntunan banyak kaum agama di Indonesia. Sikap moderat ini penting untuk membuat kebinekaan selalu hadir di bumi Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun