Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Api yang Melawan Samudera

8 Agustus 2017   15:25 Diperbarui: 9 Agustus 2017   15:27 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali langsung merasakan

Ada kesamaan dengan terdahulu

Aku seperti melihat tubuh itu. Pandangan sayu menusuk kalbu

Takdir sepertinya mengiring pada rangkaian kata

Tak perlu susah mengeja. Rangkaian huruf itu begitu menggetarkan dada

Rangkaian huruf pertama telah berlalu

Perlahan berlari membawa tubuhnya. Mencari api yang lain

Sementara bara yang ada di sini harus berjuang sendiri

Menunggu seseorang menghampiri

Yang kedua hari ini ia datang. Menengok bara

Kemudian tersenyum. Seperti yang dulu

Pandangan sayu itu

Membangunkan bara yang hampir padam

Jilatan api ini tak mungkin hanya diam

Di daerah asalnya, tanah ia berpijak

Tak yakin sampai kesanakah hati ini berdetak

Aku harus mengarungi samudera. Musuh bara yang menjilat-jilat

Baraku akan padam, atau malah membesar oleh tiupan dewi kelana

Tapi aku masih perlu perahu. Membelah air yang membentang

Karena pukulan Musa tidak lagi datang

Perahu pembawa selamat. Tuhan pemberi nikmat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun