Mohon tunggu...
Ana Chonitsa
Ana Chonitsa Mohon Tunggu... Penulis - UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Pendidikan Islam, Psikologi Anak, dan Gender

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Guru Penggerak Fresh Graduate Perlu Pendidikan Ikhlas Mengajar

11 Februari 2024   15:00 Diperbarui: 11 Februari 2024   15:19 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurikulum merdeka belajar saat ini tengah menjadi topik menarik bagi sekolah dan tenaga pendidik di Indonesia. Bukan tanpa sebab, Kurikulum merdeka belajar yang digagas oleh Kemendikbud ini, memiliki karakteristik berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Dimana pada kurikulum sebelumnya kurikulum 2013 memiliki karakter scientific learning atau suatu model pembelajaran dengan pendekatan keilmiahan seperti baca, tulis, diskusi untuk mendalami suatu ilmu pengetahuan sedang guru bertugas sebagai fasilitator.

Kurikulum Merdeka Belajar (KMB) ini menerapkan sistem kebebasan belajar dengan karakter pelajar Pancasila. Dimana dalam Kurikulum ini menggambarkan model pembelajaran yang mengharapkan sekolah mampu menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mengembangkan bakat dan minatnya sehingga siswa memiliki arah tujuan hidup yang jelas untuk menggapai cita-citanya. Sejalan dengan hal itu, hadirnya pelajar Pancasila mengharapkan pula sekolah membentuk karakter siswa yang menerapkan nilai spiritual, keadilan, persatuan, kemanusiaan dan sosial seperti nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Akan tetapi, adanya penerapan kurikulum merdeka belajar ini tidak semudah apa yang dikata. Guru dan tenaga pendidik yang bekerja langsung dilapangan mengeluhkan banyaknya pengembangan model pembelajaran baik dari media pembelajaran, modul ajar yang bersinggungan langsung dengan teknologi. Selain itu, KMB juga mengarahkan pendidik agar tidak mengeneralisasi kemampuan peserta didik sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran yang mendukung potensi seluruh siswa tanpa terkecuali. Hal demikianlah yang menjadikan sistem pembelajaran sekarang ditempuh dengan berbagai cara.

Sehingga yang ditemukan dilapangan seperti di Daerah Kabupaten Pekalongan dan Batang, terdapat sejumlah guru-guru senior yang telah lama mengajar di Sekolah menyerahkan tugas penerapan KMB pada guru-guru yang masih muda. Dengan problematika karakteristik KMB yang beragam serta banyaknya pembaharuan sistem pembelajaran sehingga bagi guru senior perlu dilakukan adaptasi kurikulum. Belum lagi karater peserta didik era sekarang yang yang sulit dikendalikan sehingga penerapan KMB banyak dialih tugaskan kepada guru muda, guru fresh graduate, dan guru yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informatika. Sebagaimana penerapan KemendikBud adanya Program Guru Penggerak.

Suka atau tidak suka, terima atau tidak terima Program Guru Penggerak ini banyak didominasi oleh guru-guru muda atau guru yang baru menyelesaikan Strata Satu (S-1) kependidikannya Hal yang perlu disoroti ialah proses guru muda yang menjadi guru penggerak terhadap pengalaman mereka mengajar, pengolahan kelas efektif, kondusif serta kondisi mental untuk menghadapi siswa dengan karakteristik yang beragam. Sehingga masih memperlukan bimbingan dan pengedukasian lebih. Untuk itu, guru penggerak harus memiliki edukasi ikhlas dalam mengajar karena seperti diketahui bersama pendidikan Ikhlas mengajar tidak ditemukan di Perguruan Tinggi manapun di Indonesia. Akan tetapi bernilai penting karena dengan ikhlas mengajar menjadikan guru dapat terus bekarya, memiliki motivasi dan semangat dalam mengajar.

Sekolah Anak Indonesia

 Guru Penggerak perlu mengetahui Pendidikan Ikhlas mengajar, bermula dari makna sekolah bagi anak Indonesia. Sekolah bagi anak Indonesia adalah jalan dan sarana mereka untuk mengupayakan masa depannya. Berapa banyak anak-anak Indonesia yang menjadi orang sukses tetapi berasal dari masa kecil yang sulit, serba kekurangan, dihantam dengan berbagai realita sosial. Tetapi mereka terus bangkit, dan mampu mengoptimalkan pikiran dan potensi yang mereka miliki untuk masa depannya.

 Maka tidak heran, seringkali ditemui dalam kehidupan adanya orang-orang sukses yang belatarbelakang dari masa-masa sekolah yang sulit, pengalaman pahit atau bahkan tumbuh kembang dari lingkungan yang tidak sepenuhnya mendukung mereka. Adanya latar belakang siswa tersebut menjadi pembelajaran bagi guru penggerak agar selalu diingatkan bahwa setiap anak-anak Indonesia adalah generasi yang masih memperjuangkan masa depan mereka. Mereka masih berhak melihat dunia yang jauh lebih baik

Adanya kesadaran realita pendidikan Indonesia dapat mengetuk hati paling dalam bagi seorang guru untuk terus belajar ikhlas dalam segala proses yang ada. Kemudian, belajar bersabar dalam proses sebuah pendidikan, karena sejatinya pendidikan adalah sebuah proses yaitu proses belajar, proses menggali pengalaman dan proses untuk mewujudkan pembelajaran yang baik. Tidak hanya untuk siswa saja malainkan untuk seluruh guru-guru di Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun