Lihat ke Halaman Asli

Paylater: Impulsif Dulu, Mikir Belakangan!

Diperbarui: 22 Mei 2025   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pengguna paylater | dok. pribadi

oleh sitikus.nl

Di tengah krisis ekonomi dan badai PHK di mana-mana, Bintang menatap layar ponselnya tanpa berkedip. Sebaris notifikasi muncul--menampilkan pemberitahuan transfer masuk dari salah satu bank swasta yang belum pernah didengarnya.

Nominal Rp10.000.000 mendadak memenuhi rekeningnya yang sudah tiga bulan ini bagai ruang hampa. Selepas kerja magang, Bintang mencari peruntungan lewat bisnis affiliate yang malah membuatnya impulsif.

Bukannya keuntungan dari komisi yang ia peroleh, justru hampir tiap hari kurir menyambangi kosannya untuk mengantar paket. Hampir ratusan paket dibongkar dan dikontenin sampai Bintang muak melihat cahaya ring light karena hasilnya nihil. 

Berbeda dengan teman sekampusnya, Dayu yang berhasil meraup keuntungan hingga Rp500.000 per minggu. Pendapatan segitu saja dibilangnya menurun. Lantaran sejak 4 tahun lalu ngonten, Dayu bisa memperoleh Rp2.000.000 per minggu.

Apakah ini pertanda ekonomi bangsa sedang tidak baik-baik saja?

Baca juga: Renungan | Mangu 

Meskipun pendapatan naik-turun, Dayu tidak menyerah begitu saja. Dia sengaja membeli gear yang lebih canggih. Sekalian upgrade ponselnya ke merek Iphone 14 yang lagi jadi perbincangan. Dayu dengan mudah mendapatkan yang ia mau.

Sebaliknya dengan Bintang yang hanya menyaksikan keberhasilan Dayu sambil termangu. Bintang telah mengikuti jejak Dayu sejak 2 tahun lalu, namun pendapatannya tidak juga meroket. Segala cara telah duplikasi sebagaimana yang Dayu lakukan.

Kalau bahasa kontennya, ATM. Amati. Tiru. Modifikasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline