Lihat ke Halaman Asli

Nuning Sapta Rahayu

TERVERIFIKASI

Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Paylater dan Pinjol: Antara Solusi dan Ilusi

Diperbarui: 17 Mei 2025   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi terjebak keinginan Belanja dan Paylater (Sumber: freepik)

Fenomena Paylater dan Pinjol dalam Gaya Hidup Konsumtif Masa Kini

Dulu, pepatah bijak mengajarkan kita untuk bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Namun kini, di tengah serbuan notifikasi diskon dan iklan cicilan tanpa bunga, semangat itu perlahan terkikis. 

Checkout dulu, bayar belakangan” menjadi mantra baru yang memikat generasi digital. 

Fasilitas paylater dan pinjaman online (pinjol) menjamur di berbagai platform, menawarkan solusi instan bagi kebutuhan atau lebih tepatnya, keinginan yang tak selalu mendesak.

Sayangnya, di balik kemudahan yang menggiurkan itu, terselip jebakan halus yang bisa menjerat siapa saja dalam lilitan utang dan stres berkepanjangan.

Kemudahan yang Menjebak

Konsep paylater sejatinya sederhana: beli sekarang, bayar nanti. Layanan ini diusung oleh berbagai e-commerce, dompet digital, bahkan aplikasi transportasi online. 

Prosesnya cepat, tanpa jaminan, dan tanpa ribet. Begitu pula pinjol, yang hanya membutuhkan KTP dan koneksi internet untuk mencairkan dana dalam hitungan menit.

Namun justru karena terlalu mudah, banyak pengguna terjebak dalam keputusan impulsif. Tanpa disadari, akumulasi transaksi kecil bisa menjadi beban besar di akhir bulan. 

Belum lagi jika pembayaran telat; denda dan bunga bisa menumpuk dan membuat tagihan membengkak berkali lipat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline