Dari sekian banyak kopi sachet lokal, hanya kopi hitam Nescafe Clasic yang jadi andalan saya setiap pagi, setiap hari, dan kopi Kapal Api sebagai cadangan.
Karena apa? Selain karena rasanya sudah sesuai dengan selera lidah saya, juga ada kenangan di baliknya. Nescafe Clasic dan Kapal Api menjadi pengganti ketika kami pindah dari Lampung.
Gegara Kopi Lampung Saya Kecanduan Minum Kopi.
Alkisah, berpuluh tahun lalu, saya bertemu dengan seorang perantau dari Lampung, Ia memperkenalkan kopi dari daerah asalnya," Ini kopi asli Lampung yang dipetik dari kebun sendiri, diproses secara tradisional mulai dari memetik biji kopi yang telah matang di batang hingga disangrai serta ditumbuk di lesung kayu," katanya, bak seorang barista menawarkan racikan kopinya.
Memang beda rasanya.Â
Dan sejak itu saya sangat suka minum kopi Lampung, pun  perlahan jatuh cinta dengan si pemberi kop. Kami menikah dan saya diboyong ke Lampung Utara.
Di sana, saya sering sekali ikut turun ke kebun kopi mertua, menaiki bukit dengan udara yang segar.Tampak hamparan hijau membentang, juga butiran merah biji kopi yang matang di batang. Kami memilih dan memilah serta memetiknya dengan hati -hati.
Proses yang Menghasilkan Kopi Nikmat.
Sementara untuk kopi yang dikonsumsi di rumah, menjalani proses panjang secara tradisional.Biji kopi yang telah kering lalu disangrai dengan api sedang sampai mengeluarkan aroma yang khas, lalu setelah dingin ditumbuk di lesung kayu hingga halus dan kemudian diayak, menghasilkan tepung kopi yang halus nan lembut, semerbak aroma wangi kopi memenuhi dapur.
Proses itu bukan hanya menghasilkan kopi yang nikmat namun juga memperkuat ikatan keluarga dalam kebersamaan ritual ngopi pagi, sebelum memulai hari dengan aktivitas rutin.