Lihat ke Halaman Asli

Mujahid Zulfadli AR

terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

Seandainya Kampus Guru Terbaik Ada di Papua

Diperbarui: 14 Juni 2018   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Murid Kelas 1 SD YPK Pikpik Distrik Kramongmongga Papua Barat (dok. pribadi)

Tanpa komitmen serius dari pemerintah untuk fokus mencari solusi kesenjangan pendidikan, Bumi Cendrawasih tidak akan pernah bisa mengejar ketertinggalan. Hal paling penting diperhatikan, membangun Papua tidak bisa dilaksanakan secara parsial, harus terintegrasi dengan banyak bidang dengan memperhatikan apsek keberlanjutannya bagi kehidupan masyarakat Papua dan komunitas lokal secara keseluruhan.  

Kita bersyukur pemerintahan saat ini tengah berjuang membangun infrastruktur. Tapi ada yang bolong dari situ. Infratstruktur ini sebagian besar (mungkin) hanya menguntungkan sejumlah pihak yang ingin kepentingan ekonomi dan mega proyeknya berjalan dengan lancar tanpa hambatan tinggi-luar-biasa-nya biaya yang dikeluarkan karena isolasi gegorafis.

Sementara itu, generasi Papua tetap saja hanya bisa menjadi tenaga kasar dengan upah yang tidak seberapa. Atau dalam kasus lain, mereka menjadi ketergantungan terhadap dana-dana CSR (Corporate Social Responsibility) karena nyaris seluruh masyarakat yang berada di wilayah dampak perusahaan bukan tenaga terdidik dan terlatih.

Kita tidak bisa mengharapkan dampak langsung pembangunan fisik itu bagi majunya generasi bangsa di sana? Kita bisa bertanya, utamanya di daerah Papua pegunungan (Provinsi Papua dan Papua Barat), berapa banyak sekolah yang aktif dalam arti guru dan murid aktif masuk di sekolah? Sangat sedikit.

Jadi, kalau mau menyalahkan anak-anak Papua tentang keterbatasan mereka terhadap pengetahun dasar (baca-tulis,hitung), tentang hak-hak mereka sebagai warga negara, tentang sejarah para pendiri bangsa, tentang Aceh, itu salah besar.

Sebab, sejatinya, cuma sedikit sekolah yang aktif. Sedikit waktu yang mereka habiskan di sekolah, dan hanya segelintir pendidik yang mau datang setiap hari ke sekolah. Ya, bukan anak-anak yang salah.

Papua merupakan daerah dengan tingginya tingkat ketidakhadiran guru (abseenteism rate). Sangat banyak faktor yang turut berpengaruh, dan oleh karena itu butuh pemecahan yang bisa jadi berbeda-beda tiap tempat.

Tapi, masalah paling utama adalah, sumber daya manusia, tenaga guru. Mungkin sering kita melihat (bagi yang pernah mengintip kondisi di sana), sekolah-sekolah ada yang kosong kalau kita berkunjung. Itu karena kehadiran murid, sangat bergantung dari kehadiran para guru di sekolah.

Ya, Papua butuh banyaaak sekali guru. Guru sekaligus pendidik yang peduli dan sangat peduli murid dan lingkungan yang tempat ia mengabdi.

Peran Pemerintah SampaiSejauh Ini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline