Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ember Bocor Kesehatan: Mengapa Kedokteran Maju Tapi Pasien Tak Pernah Berkurang?

27 September 2025   04:25 Diperbarui: 26 September 2025   20:34 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokter dan Pasien (PNGTREE)

Kita hidup di zaman ketika ilmu kedokteran melesat jauh ke depan: alat canggih mampu menyingkap rahasia tubuh hingga ke sel-selnya, obat-obatan baru lahir hampir setiap tahun, dan tangan para dokter sanggup memperbaiki organ yang rusak seolah menambal sobekan kain. Dunia medis seperti pelita yang terus menyala, menjanjikan umur lebih panjang dan harapan lebih besar, namun betapa mengherankan ketika kenyataan justru berkata lain: rumah sakit tak pernah benar-benar sepi, antrean pasien terus mengular, ruang rawat selalu penuh, dan kabar tentang penyakit baru seakan tak ada habisnya. Semakin maju kedokteran, semakin nyata pula rapuhnya manusia yang mudah sakit dan rentan tersungkur, hingga sebuah pertanyaan pun mengetuk nurani: apa yang sebenarnya salah? Mengapa obor ilmu pengetahuan yang kian terang tak mampu melenyapkan bayangan penderitaan? Mengapa semakin deras air dituangkan ke dalam ember kesehatan, kebocoran justru semakin terasa?

Analogi Ember Bocor

Bayangkan sebuah ember tua yang retak di banyak sisi. Setiap kali air dituangkan, permukaannya memang sempat naik, tetapi sebentar kemudian surut kembali. Tak peduli seberapa banyak air ditambahkan, kebocoran tetap membuatnya tak pernah penuh. Inilah gambaran sederhana namun sarat makna tentang kondisi kesehatan manusia modern.

Air yang kita tuangkan adalah lambang dari segala kemajuan medis: vaksin, obat, operasi presisi, hingga teknologi pencitraan tubuh yang mampu menyingkap rahasia terdalam organ manusia. Semuanya adalah usaha tak kenal lelah untuk mengisi ember kehidupan. Tetapi retakan di sisi ember, yaitu gaya hidup yang sembrono, lingkungan yang tercemar, makanan sarat gula dan lemak, hingga stres yang menjerat batin, membuat hasilnya tak pernah bertahan lama.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah menekankan bahwa penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, dan kanker kini menjadi penyebab kematian utama di dunia, dan sebagian besar dipicu oleh faktor gaya hidup yang sebenarnya dapat dicegah (Noncommunicable Diseases Fact Sheet, 2023). Fakta ini seakan berkata: selama kebocoran tidak ditambal, sebanyak apa pun air medis dituang, ember kesehatan kita tetap tak akan penuh.

Maka, dunia kedokteran ibarat seorang penjaga yang terus menuangkan air, sementara kita, manusia awam, sering lupa menutup celah pada ember kita sendiri. Dan justru di sanalah persoalan terletak: apakah kita hanya berharap pada air yang dituangkan, ataukah kita berani memperbaiki kebocoran yang membuatnya terbuang sia-sia?

Faktor-Faktor Penyebab Kebocoran

Jika kesehatan kita ibarat ember, maka retakan-retakan yang membuat air selalu terbuang adalah faktor-faktor yang kerap kita abaikan. Setiap celah itu lahir dari pilihan hidup, kondisi lingkungan, bahkan arus zaman yang tak bisa kita bendung.

Pertama, fokus pada kuratif, bukan preventif. Dunia medis sering sibuk berlari mengejar penyakit yang sudah terjadi, sementara upaya pencegahan masih tertinggal jauh. Padahal, menurut WHO, lebih dari 70% penyakit tidak menular bisa dicegah dengan perubahan gaya hidup sederhana: berhenti merokok, makan sehat, bergerak cukup, dan mengurangi konsumsi alkohol (Global NCD Report, 2022). Tetapi, ember kita lebih sering diisi dengan air pengobatan ketimbang ditutup kebocorannya dengan pencegahan.

Kedua, gaya hidup modern yang tidak sehat. Makanan cepat saji yang manis, gurih, dan praktis menjadi pilihan, sementara tubuh lapar akan gizi alami. Gadget memikat mata, tetapi mengekang gerak. Tidur larut, duduk berjam-jam, dan berlari mengejar pekerjaan membuat tubuh perlahan menjerit. Gaya hidup seperti inilah yang menciptakan kebocoran besar di sisi ember kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun