Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ember Bocor Kesehatan: Mengapa Kedokteran Maju Tapi Pasien Tak Pernah Berkurang?

27 September 2025   04:25 Diperbarui: 28 September 2025   09:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ember Bocor Kesehataan (Dokumentasi Pribadi)

Ketiga, lingkungan yang tercemar. Udara dipenuhi asap kendaraan, sungai mengalirkan limbah, tanah sarat pestisida. Apa yang masuk ke dalam tubuh kita tak lagi murni, melainkan bercampur racun tak kasat mata. Tidak heran jika kanker, gangguan pernapasan, dan penyakit kronis lain makin sulit dielakkan (Lancet Commission on Pollution and Health, 2018).

Keempat, peningkatan usia harapan hidup. Ironisnya, kemajuan medis membuat manusia hidup lebih lama, tetapi umur panjang membawa risiko baru. Penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan demensia menjadi teman tak diundang di hari tua. Ember kita memang lebih besar, tetapi celah-celahnya pun semakin banyak.

Kelima, tekanan sosial-ekonomi dan stres. Beban hidup modern sering tak terlihat, tetapi nyata menekan tubuh. Stres kronis terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung dan depresi, bahkan melemahkan sistem imun (American Psychological Association, 2021). Retakan ini tak kasat mata, tetapi dampaknya lebih dalam daripada yang kita kira.

Keenam, penyakit baru dan resistensi obat. Virus bermutasi, bakteri menjadi kebal. Antibiotik yang dahulu mujarab kini sering tak berdaya. COVID-19 adalah pengingat keras betapa dunia bisa goyah oleh penyakit baru yang datang tiba-tiba. Kebocoran ini seperti celah yang tak pernah berhenti muncul di ember kehidupan.

Setiap kebocoran itu bukan sekadar masalah medis, melainkan cermin hubungan kita dengan tubuh, alam, dan sesama. Jika kita terus menuangkan air tanpa menutup retakan, ember itu akan selamanya separuh kosong.

Paradoks Kesehatan Modern

Kemajuan medis adalah anugerah yang tak bisa disangkal. Manusia kini hidup lebih lama dibanding seratus tahun lalu. Harapan hidup dunia meningkat dari hanya 46 tahun pada 1950 menjadi lebih dari 73 tahun pada 2019 (United Nations, World Population Prospects, 2022). Namun, umur panjang ini membawa wajah ganda: di balik senyum syukur, tersembunyi beban penyakit kronis yang sering menyertai usia lanjut. Diabetes, hipertensi, jantung, hingga demensia menjadi sahabat yang tak diundang. Kita hidup lebih lama, tetapi tidak selalu lebih sehat. Ember kehidupan bertambah besar, namun celah kebocorannya ikut melebar.

Di sisi lain, manusia modern sering berpegangan erat pada obat sebagai tongkat penopang. Sakit kepala, obat. Sulit tidur, obat. Tekanan darah naik, obat. Obat-obatan memang meredakan gejala, tetapi tanpa perubahan pola hidup, masalah ibarat api yang dipadamkan dengan percikan air: sekejap redup, lalu kembali menyala. Penelitian Harvard Medical School (2017) menegaskan bahwa perubahan gaya hidup, seperti pola makan seimbang, olahraga teratur, dan manajemen stres, lebih efektif dalam jangka panjang dibanding hanya mengandalkan obat.

Inilah paradoks kesehatan modern: kita hidup di tengah kelimpahan teknologi medis, tetapi sering lupa pada kearifan sederhana menjaga tubuh dan jiwa. Kita merayakan umur panjang, tetapi lupa menambal kebocoran yang membuat perjalanan itu rapuh.

Refleksi dan Jalan Keluar

Pada akhirnya, kesehatan bukanlah soal siapa yang memiliki obat paling canggih atau rumah sakit paling megah. Kesehatan adalah tarian halus antara kemajuan ilmu dan kesadaran manusia menjaga dirinya sendiri. Kedokteran boleh berlari jauh ke depan, tetapi tanpa langkah kecil yang kita ambil setiap hari: makan dengan bijak, beristirahat cukup, bergerak, dan menjaga batin tetap teduh, maka langkah besar itu tak pernah akan sampai pada tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun