Lihat ke Halaman Asli

M Agung Laksono

Mahasiswa yang suka nulis, diskusi, pantai dan main instagram.

Tanggapan Pernyataan Dirut PT Krakatau Steel Terkait pendapatan USD954,59

Diperbarui: 8 Mei 2025   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Muhamad Agung Laksono. Dokumen Pribadi.

Pernyataan Direktur Utama PT Krakatau Steel, Akbar Djohan, yang merespons laporan keuangan tahun buku 2024 dengan menonjolkan sejumlah capaian seperti pendapatan USD954,59 juta (Rp15,42 triliun), laba bruto USD106,94 juta (Rp1,73 triliun), EBITDA positif, serta arus kas operasional yang masih positif sebesar USD88,15 juta, perlu dilihat secara lebih jernih, komprehensif, dan kontekstual.

Memang benar bahwa dalam lanskap industri baja nasional, terutama ketika Pabrik HSM 1 tidak beroperasi, mempertahankan pendapatan dan EBITDA positif adalah capaian yang secara operasional layak diapresiasi. Namun, sebagai BUMN strategis yang disebut-sebut sebagai "Mother of Industry", masyarakat---khususnya publik pembayar pajak dan pemangku kepentingan nasional---berhak mengkritisi lebih dalam terhadap keberlanjutan dan fundamental keuangan Krakatau Steel.

1. Utang dan Beban Keuangan yang Masif

Dirut sendiri mengakui bahwa beban keuangan (interest expense) masih sangat tinggi: USD153,65 juta atau Rp2,48 triliun. Ini berarti hampir 16% dari total pendapatan Krakatau Steel habis hanya untuk membayar bunga utang, bukan pokoknya. Bila dibandingkan dengan EBITDA yang hanya USD6,63 juta, maka interest coverage ratio (ICR) Krakatau Steel di bawah 1x --- artinya perusahaan tidak mampu membayar bunga dari keuntungan operasional.

Rasio Debt to Equity (DER) berada di atas 3,71 kali, menunjukkan struktur modal yang timpang dan bergantung pada utang. DER setinggi ini adalah alarm sistemik --- sebuah pertanda bahwa entitas ini terus berjalan dengan dana talangan dan bukan kekuatan bisnis riil.

2. Kerugian yang Berulang dan Masif

Rugi tahun berjalan sebesar USD148,42 juta (Rp2,4 triliun) tidak bisa disembunyikan dengan angka EBITDA positif. Ini mencerminkan bahwa seluruh laba kotor yang dihasilkan (USD106,94 juta) habis oleh beban operasional dan keuangan. Bahkan jika kita perhitungkan arus kas operasi yang disebut masih positif, kita tetap melihat bahwa perusahaan gagal menciptakan nilai bersih.

Kerugian tambahan dari entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar USD49,68 juta juga memperlihatkan kegagalan korporasi dalam mengendalikan anak usaha. Ini bukan hanya masalah manajemen, tapi mencerminkan kultur bisnis BUMN yang membiarkan kebocoran dan inefisiensi tumbuh subur tanpa sanksi struktural.

3. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) yang Negatif

Dengan total aset sebesar USD2,89 miliar dan rugi bersih USD148 juta, ROA Krakatau Steel berada di kisaran -5,1%. Sedangkan ROE, terhadap ekuitas USD776 juta, jatuh ke -19,1%.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline