Mohon tunggu...
Pena Kusuma
Pena Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum

Saya adalah content writer yang berfokus pada penulisan seputar Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM), serta update terkini mengenai dunia militer dan geopolitik. Mohon doanya juga, insyaallah saya bisa lolos sekali tes dalam seleksi PAPK TNI tahun 2027.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Langit Nusantara dan Dilema Jet Tempur Chengdu J-10: Antara Modernisasi Pertahanan dan Ketergantungan Baru

16 Oktober 2025   06:26 Diperbarui: 16 Oktober 2025   06:26 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia dikabarkan akan membeli 42 jet tempur J-10 dari Tiongkok, namun rencana ini masih perlu dikaji lebih lanjut. (Sumber: Anadolu Agency) 

Jakarta, 16 Oktober 2025 --- Indonesia tengah menimbang langkah besar di langit Nusantara. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan rencana pengoperasian pesawat tempur Chengdu J-10 buatan Tiongkok di Jakarta. Meski terdengar ambisius, para pengamat menilai keputusan ini masih dalam tahap kajian menyeluruh, menuntut keseimbangan antara kepentingan teknologi, strategi, dan kedaulatan nasional.

Pesawat J-10C yang ditawarkan China dikenal lincah dan bertenaga. Dengan kecepatan Mach 2.2, radar AESA, serta rudal udara-ke-udara PL-15 yang mampu menjangkau lebih dari 200 kilometer, pesawat ini menawarkan kemampuan tempur yang mumpuni. Dari sisi harga, J-10C juga jauh lebih murah dibandingkan jet tempur Barat seperti F-16V atau Rafale. Namun, keunggulan ini datang bersama tantangan besar dalam hal logistik, interoperabilitas, dan keamanan siber.

TNI Angkatan Udara sejatinya telah mengoperasikan armada campuran---F-16, Sukhoi, Hawk, hingga T-50i. Menambahkan J-10 ke dalam sistem pertahanan berarti menambah kerumitan baru: pelatihan ulang pilot dan teknisi, sistem komunikasi berbeda, serta perawatan berbasis teknologi China. Sejauh ini, belum ada konfirmasi resmi mengenai kontrak atau jadwal kedatangan pesawat tersebut. Pernyataan Menhan lebih bersifat politik dan masih menunggu keputusan final setelah evaluasi teknis dan strategis rampung.

Di sisi lain, pembelian J-10C dapat membuka peluang kemitraan baru antara Indonesia dan Tiongkok. Namun, para pengamat menyoroti risiko ketergantungan strategis, terutama di tengah ketegangan Laut China Selatan. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia pun diperkirakan akan memantau langkah ini dengan cermat, mengingat isu interoperabilitas dalam latihan militer gabungan.

Dari perspektif ekonomi, nilai potensi kontrak mencapai hingga dua miliar dolar AS, dengan kemungkinan skema pembiayaan dari China Exim Bank atau mekanisme barter komoditas seperti nikel dan sawit. Jika proyek ini terealisasi, unit pertama J-10 baru mungkin mengudara di Indonesia pada akhir 2026 atau awal 2027.

Keputusan akhir kini bergantung pada sejauh mana pemerintah mampu menyeimbangkan ambisi modernisasi pertahanan dengan kemandirian teknologi dan kepentingan geopolitik. Apapun hasilnya, rencana pengoperasian J-10 ini menjadi sinyal bahwa Indonesia berupaya menegaskan posisinya di panggung keamanan kawasan---sebuah babak baru dalam diplomasi pertahanan udara yang patut dinantikan publik setiap harinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun