Lima Hal yang Saya Harap Orang-Orang Pahami tentang ADHD Saya
Bagaimana Saya Melawan Miskonsepsi dan Bertahan dengan Gejala yang Melelahkan
Hidup dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) bukan sekadar tentang "tidak bisa diam" atau "mudah terdistraksi". Bagi saya, hidup dengan ADHD terasa seperti bermain gim dengan tingkat kesulitan hard mode, sejak kecil hingga dewasa. Saya didiagnosis ADHD dan disleksia di usia 9 tahun, dan meskipun diagnosis itu memberi penjelasan atas kekacauan di kepala saya, ia tidak serta-merta membuat hidup menjadi lebih mudah.
Saya didiagnosis ulang pada usia 31 tahun, dan sejak saat itu, saya menyadari bahwa yang paling menyakitkan bukanlah gejalanya, melainkan cara orang lain salah paham terhadap kondisi ini.
"Kamu nggak mungkin ADHD. Buktinya kamu bisa fokus nulis berjam-jam."
"Sekarang semua orang juga kayaknya ADHD, kan?"
"Kamu tinggal kontrol aja otaknya."
"Coba aja lebih keras lagi."
Kalimat-kalimat seperti itu mungkin terdengar sepele, tapi sebenarnya menunjukkan betapa dalamnya miskonsepsi masyarakat soal ADHD. Tulisan ini saya buat sebagai suara kecil untuk menjelaskan lima hal yang saya harap bisa lebih dipahami orang-orang tentang ADHD.
1. ADHD Bukan Sekadar Kurang Fokus