Sehari setelah aksi demonstrasi 25 Agustus, sebuah konferensi pers menuding "operasi intelijen asing" dan keterlibatan non-state actors. Anda tahukan siapa orangya?
Bacaan intelijen yang lebih tajam justru melihatnya sebagai cover story: narasi penyangkal yang mengalihkan sorotan dari kerja oknum state actors yang bertaut dengan kartel minyak dan pangan.
Dalam literatur creeping coup dan state capture, kudeta modern kerap berwujud sabotase terukur terhadap pusat pemerintahan, simpul logistik, dan persepsi public, bukan pengerahan tank.
Motifnya klasik dalam analisis MICE (Money, Ideology, Coercion, Ego), dengan penekanan kuat pada "Money".
Pengetatan terhadap rente minyak dan pangan, penguncian rantai pasok hingga tingkat desa, pembersihan impor, kasus korupsi kakap
Menggerus surplus oligopolistik yang telah dinikmati bertahun-tahun. Ketika rente dipotong, coalition of losers mencari kanal balasan.
Tradecraft-nya: gangguan terfragmentasi tetapi sinkron, memukul pusat gravitasi negara stabilitas fiskal, energi, dan legitimasi, untuk menciptakan perception of crisis.
Indikator & Peringatan (I&W) yang muncul membentuk pola. Pertama, timed disruption pada alur logistik dan distribusi energi di beberapa kota, Cukup untuk menimbulkan antrian dan kepanikan, tetapi tak melampaui ambang respons militer.
Kedua, information operation: peninggian narasi "represi negara" bersamaan dengan provokasi visual ringan (misal aksi joget di forum resmi) guna mendowngrade keseriusan institusi.
Ketiga, lawfare embrionik: dorongan cepat ke arah delegitimasi hukum untuk membuka ruang transisi.