"Toleransi adalah benih, persatuan adalah tanah, kesatuan adalah air; bersama-sama menumbuhkan Indonesia yang indah, damai, aman tentram, gemah riah loh jinawi."
Apakah September datang ceria?
Di jalanan masih tersisa jejak luka
Asap hitam menari di langit kota
Gedung-gedung menunduk, kaca retak berbicara
Suara rakyat menggema dari dada
Namun berubah jadi bara amarah
Fasilitas runtuh, mimpi ikut pecah
Penjarahan mencabik nurani bangsa
Di rumah anggota dewan dan menteri
Tembok rapuh tak sanggup menyembunyikan iri
Rakyat meluapkan kecewa tanpa kendali
Seakan keadilan tak lagi punya arti
Tapi, wahai bumi pertiwi tercinta
Kami tak ingin hidup dalam murka
Kami ingin damai, teduh, sejahtera
Menanam kasih, menuai toleransi di dada
Apakah September datang ceria?
Hanya bila kita belajar dari luka
Menutup dendam dengan doa
Merajut persatuan dalam cinta Indonesia
Apakah September datang ceria?
Di jalan kota masih terasa nestapa
Asap membubung, langit jadi luka
Sisa amarah terukir di jiwa
Teriak rakyat menggema di udara
Menuntut janji yang entah ke mana
Namun berubah jadi bara bencana
Fasilitas runtuh, nurani terlupa
Rumah pejabat digedor tanpa sisa
Dendam terbakar di dada massa
Keadilan hilang, entah di mana
Hanya tangis yang tersisa di mata
Namun, wahai bumi Indonesia tercinta
Kami tak ingin terjebak sengketa
Kami rindu damai, teduh, sejahtera
Hidup penuh kasih, toleransi merata
Apakah September datang ceria?
Jika luka kita dijahit bersama
Jika dendam luluh oleh doa
Jika persatuan tumbuh di bumi nusantara