Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Senang menulis, pembelajar.

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Penulis kumpulan cerpen "Asa Di Balik Duka Wanodya", ,Novel “Serpihan Atma”, Kumpulan puisi”Kulangitkan Asa dan Rasa, 30 buku antologi Bersama dengan berbagai genre di beberapa komunitas. Motto: Belajar dan Berkarya Sepanjang Masa tanpa Terbatas Usia. Fb Nina Sulistiati IG: nsulistiati

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi "Apakah September Datang dengan Ceria?

1 September 2025   16:06 Diperbarui: 1 September 2025   16:06 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Sumber: ttps://newsmaker.tribunnews.com/2021/09/06/

"Toleransi adalah benih, persatuan adalah tanah, kesatuan adalah air; bersama-sama menumbuhkan Indonesia yang indah, damai, aman tentram, gemah riah loh jinawi."

Apakah September datang ceria?
Di jalanan masih tersisa jejak luka
Asap hitam menari di langit kota
Gedung-gedung menunduk, kaca retak berbicara

Suara rakyat menggema dari dada
Namun berubah jadi bara amarah
Fasilitas runtuh, mimpi ikut pecah
Penjarahan mencabik nurani bangsa

Di rumah anggota dewan dan menteri
Tembok rapuh tak sanggup menyembunyikan iri
Rakyat meluapkan kecewa tanpa kendali
Seakan keadilan tak lagi punya arti

Tapi, wahai bumi pertiwi tercinta
Kami tak ingin hidup dalam murka
Kami ingin damai, teduh, sejahtera
Menanam kasih, menuai toleransi di dada

Apakah September datang ceria?
Hanya bila kita belajar dari luka
Menutup dendam dengan doa
Merajut persatuan dalam cinta Indonesia

Apakah September datang ceria?
Di jalan kota masih terasa nestapa
Asap membubung, langit jadi luka
Sisa amarah terukir di jiwa

Teriak rakyat menggema di udara
Menuntut janji yang entah ke mana
Namun berubah jadi bara bencana
Fasilitas runtuh, nurani terlupa

Rumah pejabat digedor tanpa sisa
Dendam terbakar di dada massa
Keadilan hilang, entah di mana
Hanya tangis yang tersisa di mata

Namun, wahai bumi Indonesia tercinta
Kami tak ingin terjebak sengketa
Kami rindu damai, teduh, sejahtera
Hidup penuh kasih, toleransi merata

Apakah September datang ceria?
Jika luka kita dijahit bersama
Jika dendam luluh oleh doa
Jika persatuan tumbuh di bumi nusantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun