Dr. Goris Lewoleba, M.Si
Alumni LEMHANNAS RI, KSA X Tahun 2002
Ketika muncul pertama kali di panggung politik nasional, Presiden ke 7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), kerap kali menjadi sorotan publik di seantero Tanah Air dan di kalangan mancanegara, karena penampilannya yang sangat bersahaja dan rendah hati, sehingga dapat menyita perhatian publik dan menyihir padangan mata masyarakat karena kemampuannya memperlihatkan pakem politik yang out of the box.
Dengan demikian maka, kadang kala sebagian pihak melabelisasinya sebagai publik figur seorang Presiden Republik Indonesia dengan "tampang ndeso", dan dengan itu pula maka Jokowi justru semakin menjadi pusat perhatian dan media darling dalam setiap momentum di muka publik.
Bahkan, saking populernya di awal masa berkuasa, maka Jokowi dijadikan sebagai sampul majalah terkemuka di Amerika Serikat, Majalah TIME, sebuah media mainstream yang amat berpengaruh di dunia. Wajah Jokowi menghiasi halaman depan di Edisi 27 Oktober 2014, dengan sebuah tulisan besar terpampang jelas, 'A New Hope', menjadi semacam Harapan Baru bagi masa depan masyarakat bangsa Indonesia.
Seperti dikutip dari Majalah TIME, Sabtu (22/3/2025), Jokowi disebutkan sebagai presiden yang menjadi harapan baru bagi Indonesia. Kepada wartawan Majalah TIME, Hannah Beech yang mewawancarainya, Widodo begitu TIME menulisnya, menyebut bahwa orang-orang begitu kagum dan terpesona dengan penampilan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia.
Dikatakan demikian karena, dia selalu melakukan blusukan kemana-mana, bahkan sampai rela masuk ke gorong-gorong, dan senantiasa merapat ke akar rumput di seluruh pelosok Tanah Air.
Kemudian, secara perlahan tetapi pasti, Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia selama dua periode dengan segala macam dinamika dan drama politik yang dilakoninya, melalui apa yang oleh publik di Tanah Air dikenal sebagai manuver magis dalam praktek politik "cawe-cawe" sampai hari ini, meski tidak lagi berada di singgasana kekuasaan.
Lebih dari itu, pada masa berkuasa sebagai Presiden Republik Indonesia selama dua periode, Jokowi telah mendesain fondasi kuasa pada tiang penyangga beton politik dengan konstruksi "cakar ayam", melalui rekayasa teknik membangun dinasti politik dengan "Putera Mahkota' Gibran Rakabuming Raka, yang saat ini telah menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia.
Meskipun demikian, di ujung akhir senjakala kekuasaannya, sebagian pihak memandang Jokowi sebagai sosok "Malin Kundang" karena berbalik arah melawan PDIP, Partai Politik yang telah menjadi induk semangnya selama Jokowi menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Republik Indonesia selama dua periode.
Bahkan, pada momentum penting dimana Jokowi sedang berupaya untuk menata kembali puzzle politik yang retak dan terpisah dengan PDIP yang telah menjadikannya sebagai Presiden ke 7 Republik Indonesia selama dua periode, Jokowi justeru dipecat sebagai kader PDIP bersama anak dan menantunya.