Mohon tunggu...
rismani deas
rismani deas Mohon Tunggu... ris

Dua kali tidak sebahu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimo Si Monyet

8 Oktober 2025   01:13 Diperbarui: 8 Oktober 2025   01:13 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah hutan yang rimbun, hiduplah seekor monyet kecil bernama Mimo. Bulu Mimo berwarna cokelat keemasan dan matanya selalu bersinar penuh rasa ingin tahu. Setiap hari, Mimo melompat dari satu pohon ke pohon lain sambil mencari buah segar untuk dimakan. Ia adalah monyet yang paling lincah dan paling ceria di antara teman-temannya.

Suatu hari, saat Mimo sedang bermain di tepi sungai, ia melihat sebuah pohon mangga besar yang sedang berbuah lebat. Buah-buahnya tampak manis dan matang sempurna. "Wah! Aku harus mencicipinya!" seru Mimo dengan gembira. Ia pun segera melompat ke dahan pertama. Tapi ternyata, pohon mangga itu licin sekali karena baru saja diguyur hujan malam sebelumnya. Mimo hampir terjatuh, tapi untung ia bisa berpegangan pada ranting kecil.

Dengan hati-hati, ia naik sedikit demi sedikit. Saat hampir sampai di puncak, Mimo mencium aroma manis yang membuat perutnya berbunyi. Namun, sebelum sempat memetik satu buah pun, terdengar suara keras dari bawah.  
"Siapa itu yang mau mencuri mangga-ku?" teriak seekor burung gagak besar yang ternyata tinggal di dahan atas pohon itu.

Mimo terkejut dan hampir jatuh lagi. "Maaf, Gagak! Aku tidak tahu ini pohonmu. Aku hanya lapar dan buahnya terlihat enak," kata Mimo dengan sopan.  
Burung gagak memandangnya dengan tajam. "Kalau kau ingin makan, mintalah dengan baik. Jangan langsung memetik tanpa izin."

Mimo menunduk malu. "Baiklah, aku minta izin sekarang. Bolehkah aku mengambil satu buah saja?"  
Gagak terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Kalau begitu, pilihlah satu yang paling matang. Tapi kau harus berjanji untuk menanam bijinya nanti agar tumbuh pohon mangga baru."

Mimo senang sekali mendengarnya. Ia memetik satu buah mangga yang besar dan berwarna kuning keemasan. Setelah menikmatinya dengan lahap, ia mengambil bijinya dan menanamnya di dekat sungai. Ia menyiraminya setiap hari dan menunggu dengan sabar.

Bertahun-tahun kemudian, biji itu tumbuh menjadi pohon mangga baru yang berbuah banyak. Burung gagak dan Mimo kini menjadi sahabat baik. Mereka berbagi buah bersama setiap musim panen tiba.

Dari hari itu, Mimo belajar bahwa meminta izin dan berbagi adalah hal yang jauh lebih menyenangkan daripada mengambil tanpa izin. Ia pun dikenal di seluruh hutan sebagai monyet kecil yang sopan dan berhati baik.

Pesan moral dari cerita ini adalah: selalu minta izin sebelum mengambil milik orang lain, dan jangan lupa untuk berbagi kebaikan dengan sesama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun