Kita hidup di zaman yang memuja kecepatan. Semua serba instan---dari makanan, informasi, hingga kesuksesan. Akibatnya, banyak orang merasa tertinggal hanya karena langkahnya tidak secepat orang lain. Padahal, hidup bukanlah lomba lari; ia lebih mirip maraton panjang yang menuntut daya tahan, bukan sekadar kecepatan.
Banyak anak muda hari ini cemas melihat pencapaian teman-temannya di media sosial. Mereka yang baru mulai merasa terlambat. Mereka yang berproses merasa kalah. Padahal, setiap orang punya waktu tumbuhnya masing-masing. Tidak ada rumus pasti tentang kapan seseorang harus sukses, menikah, atau mapan. Semua berjalan sesuai takdir dan kesiapan.
Kita sering lupa bahwa yang bertahanlah yang akhirnya menang. Bukan mereka yang paling cepat memulai, tapi yang paling sabar menghadapi rintangan. Mereka yang terus melangkah meski lambat, mereka yang tetap berusaha meski gagal berkali-kali, merekalah yang akhirnya sampai.
Nilai kebaruan yang perlu kita sadari adalah pentingnya slow progress. Dalam dunia yang serba cepat, kemampuan untuk tetap tenang, fokus, dan bertahan menjadi kekuatan yang langka. Sukses sejati bukan tentang siapa yang tiba duluan, tapi siapa yang tetap berjalan tanpa kehilangan arah.
Jadi, jika hari ini langkahmu terasa lambat, jangan khawatir. Selama kamu masih berproses, kamu tidak sedang kalah---kamu sedang bertahan. Dan sering kali, justru mereka yang bertahan paling lama, yang akhirnya berdiri paling tinggi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI