Mohon tunggu...
Ahmad Sahal
Ahmad Sahal Mohon Tunggu... -

Mencoba berkreasi di arena maya, mengungkapkan, mencurahkan, dan mengeluarkan semua isi otak agar tak tercecer, meninggalkan bekas.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Al-Quran, Bahasa, dan Sastra Arab

8 Februari 2011   23:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47 2647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Jika dilihat dari sastra yang berupa natsr (kalimat bahasa arab yang indah, yang bukan berupa syair), Rasululllah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah orang yang pertama yang membuat natsr dari al Quran di dalam hadits-haditsnya, khutbah, di dalam lafadz beliau yang halus, di dalam maknanya yang mulia yang mendorong kepada perbuatan kebajikan dan melarang kepada perbuatan keburukan, dan di setiap perbuatannya yang senantiasa dilakukan dengan mengamalkan syariat islam, serta dalam ucapan yang berupa amtsal yang maknanya diambil dari Al Quran. Dari situlah para sahabat mengikuti jejak rasul dari segala perbuatan rasul serta berusaha keras agar senantiasa apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka perbuat mengandung pengamalan terhadap al Quran dan hadits-hadits rasulnya.

Dilihat dari sastra yang berupa syair, banyak syair yang yang telah dipengaruhi oleh Al Quran pada masa shadr al Islam (awal kenabian rasul), baik dari makna Al Quran maupun makna pengamalannya. Diantara penyair tersebut adalah: Hasan bin Tsabit, Ka'ab bin Malik, Abdullah bin Rowahah. Mereka tidak membuat syair yang mengandung kebanggaan terhadap kaumnya sendiri, riya' dan sum'ah. Akan tetapi, mereka membuat syair yang berisikan tentang jihad di jalan Allah serta peperangan kaum muslimin. Jika membaca syair tentang peperangan buatan mereka, maka akan terasa indahnya nuansa keimanan dan keagungannya serta sudah tidak ada lagi kandungan syair pada zaman jahili.

Lain daripada itu, banyak pula terdapat syair-syair yang berisikan tentang ketaqwaan, amal shalih, tentang shalat, shadaqoh, dan yang lainnya yang merupakan perintah dari Allah Subahanallahu wa Ta'ala. Adapula syair yang berisikan tentang syurga dan neraka, dan hari akhir dimana belum pernah dibuat pada masa zaman jahili sebelum al Quran diturunkan, sebagaimana syair yang dibuat oleh 'Urwah bin Uzaynah:

لقد علمت وما الإسراف في طمع أن الذى هو رزقي سوف يأتينى

أسـعى له فيـعنـينى تطــلبه ولو قعـدت أتـانى لا يعـنينى

Terdapat banyak pula syair yang iqtibas (mengambil maknanya saja) dari ayat al Quran, bahkan hampir persis dengan lafadz ayatnya, seperti perkataan penyair:


يسقيه ربي حمـيم المهـل يجرعـه يشوى الوجوه فهو فى بطنه نار

Yang hampir sama dengan firman Allah Subahanallahu wa Ta'ala:

وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ

"Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka."

Dan salah satu 'A'rab berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun