"Baiklah, aku harus pergi. Jaga kesehatanmu dan selalu waspada. Mungkin ini adalah peringatan bagi kita."
Bayangan Pak Tua berangsur hilang. Aku melangkah keluar kelas. Awan putih berarakan. Burung-burung berkicau. Sangat damai. Aku benar-benar tidak bisa memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Pagi, Fidel."
"Pagi."
Aku menjawab sapaan itu tanpa menoleh. Sudah jelas itu adalah Fian. Aku memilih kembali melamun menatap gedung sekolah.
"Kamu datang pagi sekali."
"Terserah mauku."
"Oh ya, kemarin May mengatakan sesuatu ketika kamu masih pingsan."
Aku menoleh. Sepertinya menarik.
"Sudahlah, nanti saja. Aku mau tidur."
Aku mendengus kesal. Berkali-kali aku membujuknya, Fian justru memilih memejamkan mata dan menyembunyikan kepalanya di lengannya di atas meja.