Di era globalisasi, peran perempuan tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Perubahan sosial, politik, dan ekonomi menuntut keterlibatan aktif perempuan di ruang publik. Namun, diskursus kesetaraan gender masih sering menimbulkan perdebatan, terutama dalam masyarakat Muslim. Untuk itu, merujuk kepada Al-Qur'an, hadis, dan sejarah sahabiyah menjadi penting agar kita memahami posisi perempuan secara adil dan proporsional.
Al-Qur'an menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan spiritual. Dalam QS. An-Nisa': 124 Allah berfirman:
"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun."
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak membedakan pahala berdasarkan jenis kelamin, melainkan berdasarkan iman dan amal. Hal ini menjadi fondasi teologis bahwa perempuan memiliki peluang yang sama untuk meraih derajat tinggi di sisi Allah.
Selain itu, Al-Qur'an menghadirkan sosok Maryam sebagai simbol kesucian dan keteguhan iman. Firman Allah dalam QS. Maryam: 16--17 berbunyi:
*
"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam kitab, ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Lalu ia memasang tabir dari mereka; kemudian Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menampakkan diri kepadanya dalam bentuk manusia yang sempurna."
Menurut Imam al-Qurthubi, ayat ini menunjukkan kehormatan Maryam yang menjaga kesucian diri, sehingga Allah memuliakannya dengan karunia istimewa. Kisah Maryam membuktikan bahwa perempuan memiliki peran monumental dalam sejarah spiritual umat manusia.
Tokoh lain adalah Asiyah, istri Fir'aun, yang disebut dalam QS. At-Tahrim: 11.
"Dan Allah membuat istri Fir'aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: 'Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.'"
imam At-Tabari dalam tafsirnya jami'ul bayan menjelaskan bahwa doa Asiyah menggambarkan keberanian perempuan beriman dalam menolak kekuasaan zalim. Ia menjadi teladan bagi siapa saja yang ingin menjaga iman meski berada dalam tekanan berat.