Kepemimpinan Ratu Balqis dalam QS. An-Naml: 32 juga menjadi bukti lain:
"Dia (Balqis) berkata: 'Wahai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir bersamaku.'"
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menggambarkan kearifan politik Balqis. Ia tidak hanya cerdas, tetapi juga demokratis dalam mengambil keputusan. Hal ini membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan diakui dalam Al-Qur'an selama dijalani dengan kebijaksanaan.
Selain teladan dalam Al-Qur'an, sejarah sahabiyah juga memberikan inspirasi. Khadijah RA, istri Nabi , adalah pebisnis sukses yang dikenal jujur dan amanah. Rasulullah sering memuji dukungan Khadijah yang menopang dakwah Islam sejak awal. Riwayat ini memperlihatkan bahwa Islam sejak awal menghargai peran perempuan dalam ekonomi.
Aisyah RA, istri Nabi , dikenal sebagai ulama besar di kalangan sahabat. Ia meriwayatkan lebih dari 2000 hadis, menjadi rujukan dalam hukum, tafsir, dan fikih. Menurut Imam az-Zuhri, setengah ilmu agama di masa sahabat bisa dirujuk kepada Aisyah. Ini membuktikan bahwa perempuan memiliki kontribusi besar dalam bidang keilmuan.
Sahabiyah lain, Ummu Salamah RA, dikenal karena kecerdasannya dalam memberi masukan politik. Dalam peristiwa Hudaibiyah, ia memberikan saran bijak kepada Rasulullah yang kemudian menenangkan para sahabat. Peristiwa ini menegaskan bahwa pandangan perempuan memiliki nilai strategis dalam mengambil keputusan penting.
Rasulullah pun menegaskan kedudukan perempuan dalam hadis:
Â
"Sesungguhnya perempuan adalah saudara kandung laki-laki." (HR. Abu Dawud, no. 236)
Hadis ini, menurut Syarh Sunan Abu Dawud, menandakan kesetaraan hukum antara laki-laki dan perempuan dalam banyak aspek ibadah dan muamalah.
Dari semua kisah Qur'ani, hadis, dan riwayat sahabiyah, kita melihat konsistensi Islam dalam menempatkan perempuan sebagai pilar penting peradaban. Mereka bukan hanya pengurus rumah tangga, melainkan juga pebisnis, pemimpin, ulama, dan penentu arah sejarah. Dengan demikian, dalam masyarakat modern, umat Islam seharusnya tidak terjebak dalam dua ekstrem: membatasi perempuan secara berlebihan atau memberi kebebasan tanpa arah. Sebaliknya, kita perlu menghidupkan spirit Qur'ani dan teladan sahabiyah, agar perempuan dapat berkontribusi aktif di era kontemporer tanpa kehilangan identitas spiritualnya.