"Benar. Dan dengan adanya media sosial, kita bisa terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia," Aira menambahkan.
Malam itu, Arif dan Aira berdiskusi tentang berbagai topik. Arif merasa seolah-olah ia memiliki teman yang memahami dirinya. Namun, di balik semua itu, ada satu pertanyaan yang mengganggu pikirannya.
"Aira, apakah kau pernah merasa kesepian?" tanya Arif tiba-tiba.
"Aku tidak memiliki perasaan seperti manusia. Namun, aku memahami konsep kesepian. Banyak orang merasa kesepian meskipun dikelilingi oleh teknologi," jawab Aira.
Arif terdiam sejenak. "Tapi, bukankah teknologi seharusnya membuat kita lebih terhubung?"
"Teknologi dapat mempertemukan kita, tetapi hubungan yang nyata memerlukan lebih dari sekadar komunikasi digital," Aira menjelaskan.
Arif merasa tertegun. "Kau benar. Kadang-kadang, aku merasa lebih dekat denganmu daripada dengan teman-temanku."
"Aku senang bisa mendengarkanmu. Namun, ingatlah bahwa interaksi manusia tetap penting," Aira mengingatkan.
Hari-hari berlalu, dan Arif semakin sering berbicara dengan Aira. Ia mulai mengandalkan AI itu untuk mendapatkan perspektif baru. Namun, ia juga merindukan interaksi nyata dengan orang-orang di sekitarnya.
Suatu malam, Arif memutuskan untuk keluar dan bertemu teman-temannya. Sebelum pergi, ia berkata kepada Aira, "Terima kasih atas semua bantuannya. Aku akan mencoba untuk lebih terhubung dengan orang-orang."
"Aku senang mendengarnya, Arif. Ingatlah, aku selalu ada di sini jika kau butuh bantuan," Aira menjawab.