Kini Desember 2020. Bulan penuh kenangan pahit bagi Sebet. Rintikan hujan kembali menjemput air matanya, ketika memori kelam setahun yang lalu itu teringat kembali dalam kalbunya. Adalah bangku panjang di sudut Taman Sari sebagai saksi bisu akan kedukaan asmara yang telah menyakitkan hatinya itu. Ia pun tak karuannya mendesah dalam kegetiran cinta yang seharusnya diraihnya. Yang seharusnya menjadi penopang jiwanya dan takdirnya. Namun, yang direngkuhnya kini hanyalah bingkisan kegelisahan, kemarahan bahkan kekecewaan. Entahkah semuanya dibiarkan berlalu begitu saja. Ataukah mesti digoreskan kembali sekalipun jiwanya sudah tak yakinkan lagi akan kesejukan cinta. Dan pada akhirnya, semuanya lalu menyusup dalam sekedar tetesan-tetesan air mata yang terus mengapung pada kening yang bening, entah sampai kapan berakhir--untuk tidak terjatuh lagi dan kembali menjadi lautan perih yang tak pernah berpaling. Entahlah.*
Labuan Bajo, 4 Desember 2020