Mohon tunggu...
Alya Putri Susiandi
Alya Putri Susiandi Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Tangguh, Indonesia Kuat: Aktualisasi Bela Negara di Era Kontemporer

15 September 2025   13:34 Diperbarui: 15 September 2025   13:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia lahir dari perjuangan panjang penuh pengorbanan. Para pendiri bangsa tidak hanya mewariskan kemerdekaan, tetapi juga nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi kehidupan bernegara. Salah satunya adalah semangat bela negara. Jika di masa lalu bela negara dimaknai melalui perjuangan fisik melawan penjajah, maka di era kini konsep tersebut mengalami pergeseran makna. Tantangan yang dihadapi bangsa jauh lebih kompleks, mulai dari konflik kepentingan, ancaman ideologi transnasional, disinformasi di ruang digital, hingga bencana alam dan krisis global.

Persoalannya, kesadaran bela negara di era modern sering kali dipandang sebatas jargon. Padahal, ia adalah kebutuhan nyata untuk menjaga keberlangsungan bangsa. Indonesia dengan lebih dari 270 juta jiwa, ratusan suku bangsa, serta letak geografis yang strategis di antara dua benua dan dua samudera, adalah bangsa besar yang penuh peluang sekaligus rawan ancaman. Tanpa ikatan nilai kebangsaan yang kuat, keberagaman justru bisa menjadi titik rawan perpecahan.

Salah satu tantangan serius adalah lemahnya integritas di birokrasi dan kehidupan politik. Kasus korupsi yang menjerat pejabat publik masih sering terjadi. Praktik kolusi, nepotisme, serta penyalahgunaan jabatan membuat kepercayaan masyarakat pada institusi negara menurun. Padahal, aparatur sipil negara (ASN) seharusnya menjadi teladan dalam mengaktualisasikan nilai bela negara: bekerja profesional, bersih dari praktik menyimpang, dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Selain itu, era digital membawa ancaman baru berupa disinformasi, ujaran kebencian, dan polarisasi politik. Media sosial yang seharusnya menjadi ruang diskusi sehat justru sering berubah menjadi arena konflik. Fenomena ini berpotensi mengikis rasa persatuan dan menimbulkan konflik horizontal di masyarakat. Tantangan ini hanya bisa dijawab dengan literasi digital yang kuat, kemampuan berpikir kritis, serta penguatan nilai kebangsaan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.

Dalam lingkup global, Indonesia juga tidak terlepas dari dinamika internasional yang memengaruhi stabilitas nasional. Krisis ekonomi dunia, persaingan geopolitik, hingga ancaman radikalisme transnasional adalah realitas yang tidak bisa diabaikan. Sementara itu, ancaman non-tradisional seperti pandemi, perubahan iklim, dan bencana alam juga memerlukan kesiapsiagaan nasional yang berbasis solidaritas dan gotong royong.

Namun, tantangan bukan berarti hambatan. Sejarah menunjukkan bangsa ini selalu menemukan cara untuk bertahan. Nilai-nilai dasar bela negara menjadi kunci untuk menghadapi dinamika zaman. Nilai cinta tanah air misalnya, bukan hanya soal mencintai keindahan alam Indonesia, tetapi juga diwujudkan dengan melindungi lingkungan, menggunakan produk dalam negeri, serta mendukung pembangunan nasional. Nilai sadar berbangsa dan bernegara berarti menempatkan kepentingan bangsa di atas ego pribadi, aktif berpartisipasi dalam proses demokrasi, serta menaati hukum yang berlaku.

Kesetiaan pada Pancasila sebagai ideologi negara adalah benteng utama menghadapi gempuran ideologi yang mencoba menggerus jati diri bangsa. Pancasila terbukti menjadi perekat keberagaman dan landasan etis dalam berbangsa. Nilai rela berkorban pun relevan, tidak selalu berupa pengorbanan fisik, melainkan juga waktu, tenaga, pikiran, bahkan kenyamanan demi kepentingan bersama. Sementara itu, kemampuan awal bela negara adalah bekal setiap warga untuk menghadapi ancaman sesuai profesinya, baik melalui kompetensi, keterampilan, maupun integritas moral.

Penguatan nilai bela negara dapat dimulai dari pendidikan. Generasi muda harus disadarkan bahwa nasionalisme bukan sekadar hafalan, melainkan sikap hidup. Kurikulum pendidikan harus mampu mengintegrasikan wawasan kebangsaan dalam pembelajaran yang kontekstual, bukan hanya teori. Di masyarakat, pembinaan kesadaran bela negara bisa diwujudkan lewat kegiatan sosial, gotong royong, hingga pelatihan kebencanaan. Sedangkan di lingkup pekerjaan, terutama di sektor pemerintahan, pembinaan bela negara berarti menanamkan etos kerja profesional, bebas korupsi, serta berpihak pada pelayanan publik yang adil.

Tidak kalah penting adalah peran kewaspadaan dini. Potensi konflik kepentingan, gesekan sosial, hingga ancaman bencana harus diantisipasi sejak dini. Sistem deteksi dan respon cepat di masyarakat, yang sering disebut "temu cepat, lapor cepat", menjadi bagian penting untuk mencegah masalah kecil berkembang menjadi ancaman besar. Dengan demikian, kesiapsiagaan nasional bukan hanya tugas aparat, tetapi tanggung jawab bersama seluruh warga negara.

Pada akhirnya, bela negara bukanlah konsep kaku yang terbatas pada militerisme. Ia adalah sebuah kesadaran kolektif. Setiap warga negara, apa pun profesinya, memiliki peran. Seorang guru yang mendidik dengan sepenuh hati, petani yang menjaga ketahanan pangan, tenaga medis yang siaga di garis depan, hingga generasi muda yang berinovasi di bidang teknologi---semuanya adalah pejuang bela negara dalam konteks kekinian.

Jika nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara terus dipelihara, bangsa ini tidak hanya mampu bertahan dari ancaman, tetapi juga mampu bangkit menjadi bangsa yang kuat, adil, dan bermartabat. Indonesia membutuhkan warganya untuk tetap waspada, tangguh, dan bersatu. Seperti kata Bung Karno, perjuangan kita hari ini bukan lagi mengusir penjajah, melainkan berjuang melawan kebodohan, kemiskinan, ketidakadilan, dan segala bentuk ancaman modern yang mengintai. Dengan kesadaran bela negara yang aktual, cita-cita Indonesia merdeka yang seutuhnya akan selalu berada dalam jangkauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun