Berarti, untuk mengenal seseorang yang masih hidup secara objektif, minimal tiga hari. Karena selama tiga hari, biasanya kita saling ‘jaim’ (jaga imej), kita bersikap sebagai tuan rumah atau tamu. Namun pasca tiga hari itu, kita akan mengetahui ‘belang’ atau perilaku asli (kebiasaan) masing-masing.
Suami Hebat
Dalam budaya patriarkat yang mayoritas berlaku di Indonesia, bahkan di dunia, ‘orang hebat’ itu dinisbahkan kepada pria. Seiring perkembangan zaman seperti tuntutan emansipasi wanita, jargon yang muncul adalah “Di balik suami yang hebat, ada istri yang hebat mendukung.”
Di Timur-tradisional, bolehlah jargon tersebut berlaku. Ini pun jika sang suami legowo mengaku bahwa dia tidak akan hebat jika tidak didukung istrinya yang sekadar ibu rumah tangga. Namun di Timur-modern, yang fenomenal ketika Megawati menjadi presiden dan Taufik Kiemas, suaminya, menjadi ketua MPR terdapat makna egaliter secara harfiah.
Yang kontemporer, kiranya Sri Mulyani yang di Indonesia dan di dunia terkenal, sedangkan suaminya legowo sebagai ‘anonim’. Yang mendunia tentu ketika Inggris dipimpin oleh Ratu Elizabeth II dengan Perdana Menteri The Iron Lady Margaret Thatcher, suami-suaminya siapa?
Kita bahas KK (kepala keluarga) yang di kita ‘harus’ diemban suami sekaligus sebagai ayah. Secara normatif, suami apalagi ayah itu mempunyai kewajiban terhadap istri dan anaknya. Sebutlah menafkahi keluarga.
Ada tren, istri juga bisa menjadi KK, bahkan sebenarnya istrilah yang menafkahi keluarga secara finansial karena kariernya cepat-melesat dibanding suaminya.
Sesungguhnya, saya tidak mempersoalkan siapa yang menjadi KK secara hukum positif. Tetapi menurut doktrin agama (Islam), suamilah yang menjadi imam. Tentu imam yang benar dan baik, bukan sekadar status. Doktrin ini harus diimani. Titik!
Jika fakta karier istri lebih hebat daripada suami; ini bukan masalah karena seperti karier suami—yang memang harus—lebih hebat daripada istri pun pokok masalahnya adalah siap/tidak menjadi istri dari suami yang hebat; pun sebaliknya, siap/tidak menjadi suami dari istri yang hebat?
Ketika siap, contoh konkret telah bermunculan seperti Megawati atau Sri Mulyani. Namun ketika tidak siap, muncullah masalah seperti suami tidak hebat dipaksa harus hebat ditambah istrinya pun tidak hebat mendukung. Yang terjadi suami ‘terpaksa’ korupsi biar disebut hebat oleh istrinya. Kalau tak punya jabatan, ‘terpaksa’ suami mencuri ayam atau menggandakan uang.
Nah, sesungguhnya siapa ‘orang hebat’ itu? Apakah The Great Alexander, manusia agung yang tumbang oleh seekor nyamuk? Ataukah The Incredible Hulk, raksasa hijau yang mendadak berenergi karena privasinya atau rasa keadilannya terganggu?
Kesaksian saya menjelang umur setengah abad ini, orang hebat itu ialah manusia biasa yang menjadi teladan yang baik dan rahmat seluruh alam. Gaji atau honornya ‘hanya’ kasih sayang dalam kekeluargaan. Wa Allah a’lam.