Mohon tunggu...
Agung Laksono
Agung Laksono Mohon Tunggu... Guru - Putune mbah nun

Tulisanku terkadang kontradiksi dari yang kita imani sebagai norma selama ini tapi sebenarnya itu hanya sebuah paradoks yang merepresentasikan kehidupan dari sudut pandang yang jarang dilirik, memaknai peristiwa bukan sekedar menceritakan kejadian. Agung Laksono

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sengkuni II

21 Mei 2020   18:10 Diperbarui: 21 Mei 2020   18:06 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih halnya dia kemarin
Tak ubahnya seperti yang kala
Yang berganti cerita tapi tokohnya
Tetap sama
Hanya saja manusia selalu
Dituntut memainkan banyak peran
Dituntut menjadi yai, da'i dan orang suci
Terkadang tablis, sandis dan bengis
Lain tempat lain wajah watak
Tafsir hidupnya untuk tepuk tangan
Kalau tak dipuji pasti tak ditanggap lagi
Entah lapar esok bisa diajak diskusi.

Wayang hanya mengikuti kehendak dalangnya
Layar tancap remang-remang sebagai
Bagian hidup yang diceritakan.
Gong, benang, kenong sebagai pengiring
Bertaut dengan nyanyian siden
Penonton hanya duduk menikmati
Sambil memakan kacang rebus yang dijajakan Bu yetti tapi dengan  mudah menghakimi prilaku tanpa menelaah sebab musababnya
dan memamah pelan hikmah hidayah dan Inayah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun