Mohon tunggu...
puspalmira
puspalmira Mohon Tunggu... Freelancer - A wild mathematician

Invisible and invincible IG: almirassanti

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mutar-mutar Seharian di Phnom Penh, Siapa Takut? (Part 1)

9 Agustus 2019   23:36 Diperbarui: 15 Agustus 2019   13:58 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggembala burung dara di halaman Royal Palace. dokpri

Tuk-tuk jenis ini bsa dipesan melalui aplikasi Grab maupun PassApp. dokpri
Tuk-tuk jenis ini bsa dipesan melalui aplikasi Grab maupun PassApp. dokpri
Grabcar dengan kearifan lokal. dokpri
Grabcar dengan kearifan lokal. dokpri
Selanjutnya, saya langsung memanfaatkan fungsi kartu SIM yang saya beli. Untuk apa lagi kalau bukan memesan ojek. Thanks to Grab to ease my days everywhere. Entah mengapa di Kamboja ini sangat minim kendaraan umum. Setahu saya, bus kota, kereta, ataupun angkutan kota lainnya sama sekali tidak tersedia.

Mereka hanya memiliki taksi dan "tuk-tuk". Tuk-tuk sendiri ada dua macam. Yang pertama tuk-tuk tradisional, bentuknya mirip delman tetapi ditarik oleh motor. 

Tuk-tuk ini mampu memuat 6 orang dengan tempat duduk berhadap-hadapan depan dan belakang. Yang kedua, bentuknya lebih mirip seperti bajaj di Jakarta dan hanya memuat 2 orang. Tuk-tuk jenis inilah yang tergabung sebagai mitra Grab, atau khusus di Kamboja mereka memiliki aplikasi sendiri yang dinamai PassApp.

Bagaimana dengan harga? Tarif minimal yang dipatok adalah sebesar USD 1, sedekat apapun jarak tempuhnya. Untuk perbandingan mana yang murah antara online dan offline, ya tergantung kemampuan tawar menawar kita.

MAIN COURSE

Warung Bali...


Saya mengenal Warung Bali dari para pelancong terdahulu. Hampir semua travel blogger yang berkunjung ke Phnom Penh singgah dan mengulas warung ini.

Dengan sarana Grab tuk-tuk yang saya pesan secara online, warung masakan Indonesia ini menjadi tujuan pertama saya. Sekitar jam 1 siang saya sampai di warung kecil di sebelah National Museum of Cambodia. Tidak mewah, namun ramah, lengkap dan bersahabat. Itulah kesan yang saya dapat pertama kali. Menu makanan di sini bukanlah masakan Bali.

Bukan pula dimiliki oleh orang Bali. Pemiliknya adalah orang Jawa Tengah asli, dua orang bapak asal Indonesia beserta rekan dan karyawan asli penduduk lokal.

Menunya beragam, campuran dari masakan Indonesia dan Kamboja. Sengaja dinamai Warung Bali karena hal yang paling mencolok dan terkenal dari Indonesia bagi mancanegara adalah Bali.

"Oalaah, ditekani wong Jowo", begitu sambutan yang saya dapat pertama kali setelah mengetahui bahwa saya berangkat dari Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun