Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Kuliner] Bubur Ayam Terakhir Ibu

6 Juni 2016   21:52 Diperbarui: 6 Juni 2016   22:07 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nggak usah, Neng. Hari ini gratis. Mamang cuma mampu berbuat ini untuk ibunya Neng. Semoga Ibu segera sembuh, ya."

Usai mengucapkan hal itu, Mang Dirja pun berlalu dari rumah Keyla sambil tak lupa membunyikan suara khasnya.

Ting ting ting...

Dan Keyla hanya mampu melongo dan menatap punggung penjual bubur ayam langganannya itu dari belakang. Tanpa terasa setitik air pun perlahan turun dari sudut matanya.

***

[caption caption="Bubur Ayam (harianlampung.co.id)"]

[/caption]

 

"Bu, kita sarapan dulu, yuk!"

Bergegas Keyla menuju kamar ibunya yang sudah dua tahun ini hanya mampu terbaring lemah di atas pembaringan. Hasil diagnosa dokter, ibu menderita strokeyang menyebabkan syaraf bagian kanan beliau tidak berfungsi lagi. Berbicara pun ibu tak lagi bisa. Hanya tatapan mata dan bahasa isyarat saja yang kini masih mampu Ibu ungkapkan.

Saat mendengar suara Keyla memanggil, Ibu hanya menatap putri bungsunya itu dengan tatapan sendu.

"Bu, kita sarapan dulu, yuk!" ulang Keyla seraya duduk di pinggir pembaringan Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun